Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang prioritas pemerintah dan lembaga legislatif. Apakah mereka benar-benar bekerja untuk rakyat, atau hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompok?
Meskipun ada bantahan dari Ketua DPR, intinya tetap sama. Adanya kompensasi uang rumah atau tunjangan lainnya, membuat total pendapatan anggota dewan tetap sangat tinggi.Â
Ini membuat rakyat bertanya-tanya, apakah memang diperlukan pendapatan sebesar itu di tengah kondisi ekonomi yang sulit? Perdebatan ini bukan hanya soal benar atau salah, tetapi juga tentang rasa empati dan kepekaan sosial.
Kesimpulan
Isu gaji anggota DPR yang mencapai Rp3 juta per hari memicu perdebatan sengit di masyarakat. Angka ini mencerminkan kesenjangan sosial yang sangat dalam antara elite politik dan rakyat biasa.Â
Meskipun gaji pokok anggota DPR tidak sebesar yang diberitakan, total pendapatan mereka yang mencakup berbagai tunjangan dan kompensasi tetap dianggap sangat fantastis di tengah kondisi ekonomi rakyat yang sulit.Â
Kurangnya transparansi mengenai rincian gaji dan tunjangan, serta adanya bantahan yang dianggap tidak substansial, memperburuk citra DPR di mata publik dan menimbulkan rasa tidak percaya.Â
Rakyat merasa bahwa para wakil mereka tidak peka terhadap penderitaan ekonomi yang mereka alami. Isu ini bukan hanya soal nominal, tetapi juga tentang keadilan sosial dan kepercayaan publik yang terus terkikis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI