Ahad sore, 3 Agustus 2025, suasana di Leles, Garut, terasa begitu damai. Saya mampir ke rumah saudara, dan di sana, saya bertemu dengan Taufik, seorang pemuda berusia 26 tahun. Taufik, yang berasal dari Bandung, sudah setahun ini menikah dengan seorang gadis dari Kadongora, Garut.Â
Kisahnya sangat menarik, terutama bagi kita yang sering menganggap punya rumah itu hanya mimpi di usia muda. Taufik baru saja diterima kerja di salah satu pabrik di Leles, dan penghasilannya sudah mencapai UMR.Â
Meski baru setahun menikah, ia dan istrinya sudah mengambil langkah besar yaitu membeli rumah subsidi dengan skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR). "Daripada mengontrak terus," begitu katanya, dengan senyum optimistis.
Taufik menceritakan bagaimana ia dan istrinya memulai semuanya dari nol. Setelah menikah, mereka memutuskan untuk mengontrak rumah kecil. Biaya sewa yang harus dikeluarkan setiap bulan terasa berat, apalagi Taufik masih dalam masa-masa awal karier.Â
Meskipun gajinya sudah UMR, ia menyadari bahwa uang yang mereka keluarkan untuk sewa itu hangus begitu saja. Tidak ada investasi, tidak ada aset yang bertambah. Pikiran itu terus-menerus menghantuinya. Ia tahu, jika terus begini, mereka akan sulit berkembang.
"Saya ingat betul gaji pertama saya. Rasanya campur aduk. Senang karena akhirnya punya penghasilan tetap, tapi juga khawatir mikirin masa depan. Apalagi sekarang sudah ada istri," kenang Taufik.Â
Ia dan istrinya sering berdiskusi panjang di malam hari, membahas keuangan dan rencana masa depan. Mereka sepakat untuk hidup hemat. Setiap pengeluaran dicatat, dan sebagian besar penghasilan disisihkan.Â
Mereka memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan, sebuah mentalitas yang tidak banyak dimiliki oleh Gen Z lainnya.
Mereka menyadari bahwa harga properti terus naik. Menunda membeli rumah hanya akan membuat harga semakin mahal. Maka, mereka mulai mencari informasi tentang rumah subsidi di sekitar Leles. Awalnya, mereka ragu. Bisakah mereka yang baru memulai karier dan hanya bergaji UMR mengambil KPR?Â
Pertanyaan ini sering muncul di benak mereka. Namun, mereka tidak menyerah. Mereka mendatangi beberapa bank dan pengembang perumahan, menanyakan syarat dan prosedur pengajuan KPR.
Taufik dan istrinya mempelajari detail-detailnya dengan cermat. Mereka belajar tentang uang muka, cicilan bulanan, bunga, dan jangka waktu kredit. Semua informasi itu mereka serap, lalu mereka hitung-hitung secara matang.Â