Tidak perlu biaya besar atau persiapan yang rumit, cukup dengan memanfaatkan potensi yang ada di sekolah, seperti ekstrakurikuler atau talenta siswa.
Harapannya, semangat "Mapag" Budaya ini tidak berhenti di MPLS saja. Kearifan Sunda bisa terus diintegrasikan ke dalam berbagai kegiatan sekolah, baik dalam kurikulum maupun ekstrakurikuler.Â
Misalnya, memperkenalkan permainan tradisional Sunda saat jam istirahat, storytelling cerita rakyat Sunda di perpustakaan, atau bahkan mengadakan festival budaya kecil di akhir semester.
Integrasi budaya ini juga bisa mendorong kolaborasi dengan komunitas lokal. Sekolah dapat mengundang pegiat seni atau budayawan Sunda untuk berbagi ilmu dan pengalaman dengan siswa.Â
Ini akan memperkaya pengalaman belajar siswa dan sekaligus mendukung pelestarian budaya.
Dengan demikian, sekolah tidak hanya menjadi tempat untuk transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pusat pembentukan karakter dan identitas budaya.Â
Anak-anak akan tumbuh menjadi individu yang cerdas secara akademik, berkarakter kuat, dan bangga dengan warisan budayanya.Â
Mereka akan menjadi generasi penerus yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga memahami dan menghargai akar budayanya sendiri.
Penting juga untuk memastikan bahwa semua murid, tanpa terkecuali, merasa terlibat dan dihargai.Â
Pendekatan inklusif dalam MPLS berarti memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anak untuk berpartisipasi dan merasakan keindahan budaya Sunda, terlepas dari latar belakang mereka.Â
Ini akan memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan di lingkungan sekolah.