Ijtihad, di sisi lain, memberikan ruang bagi ulama untuk menyesuaikan ketentuan zakat fitrah dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Namun, penggunaan qiyas dan ijtihad harus dilakukan dengan hati-hati dan berdasarkan prinsip-prinsip syariat yang kuat, agar tidak menyimpang dari tujuan utama zakat fitrah, yaitu memberikan makanan kepada fakir miskin.
Peran maslahah mursalah juga menjadi pertimbangan penting dalam menentukan keabsahan transaksi "penjual pembeli nominal". Maslahah mursalah adalah kemaslahatan umum yang tidak secara langsung disebutkan dalam dalil-dalil syariat, tetapi dapat disimpulkan dari tujuan umum syariat Islam.Â
Dalam konteks zakat fitrah, maslahah mursalah dapat berupa kemudahan bagi muzakki dalam menunaikan zakat, efisiensi dalam pendistribusian zakat, dan pemberdayaan ekonomi mustahik. Namun, penggunaan maslahah mursalah harus dibatasi oleh prinsip-prinsip syariat yang jelas, agar tidak menimbulkan mudarat (kerugian) yang lebih besar.
Implikasi Ekonomi
Implikasi ekonomi transaksi "penjual pembeli nominal" dalam zakat fitrah memunculkan berbagai aspek yang perlu diperhatikan. Dampak distribusinya terhadap pemberdayaan mustahik menjadi sorotan utama, karena efektivitas penyaluran dana zakat akan menentukan sejauh mana mustahik dapat terbantu.Â
Selain itu, pengaruh inflasi dan fluktuasi harga makanan pokok terhadap nilai nominal zakat fitrah juga menjadi perhatian serius, mengingat nilai uang yang diserahkan harus tetap relevan dengan harga makanan pokok yang seharusnya diberikan.Â
Potensi penggunaan zakat fitrah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal juga menjadi aspek penting, karena zakat fitrah dapat menjadi instrumen untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan menggerakkan sektor ekonomi mikro.
Dalam konteks ekonomi, transaksi "penjual pembeli nominal" zakat fitrah dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap distribusi kekayaan dan pemberdayaan ekonomi umat. Jika dikelola dengan baik, zakat fitrah dapat menjadi instrumen redistribusi kekayaan yang efektif, mengurangi kesenjangan ekonomi antara kaya dan miskin.Â
Selanjutnya, zakat fitrah juga dapat menjadi modal awal bagi mustahik untuk memulai usaha kecil atau meningkatkan taraf hidup mereka. Namun, untuk mencapai dampak ekonomi yang optimal, diperlukan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana zakat fitrah.
Penting juga untuk mempertimbangkan dampak inflasi dan fluktuasi harga makanan pokok terhadap nilai nominal zakat fitrah. Nilai uang yang diserahkan harus tetap relevan dengan harga makanan pokok yang seharusnya diberikan, agar zakat fitrah tetap memenuhi tujuan utamanya, yaitu memberikan makanan kepada fakir miskin.Â
Oleh karena itu, diperlukan mekanisme penyesuaian nilai nominal zakat fitrah secara berkala, agar tidak merugikan mustahik. Selain itu, penggunaan zakat fitrah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal juga perlu dipertimbangkan, misalnya dengan memprioritaskan pembelian makanan pokok dari petani atau pedagang lokal.