Mohon tunggu...
jovan pratiknjo
jovan pratiknjo Mohon Tunggu... Siswa

Hi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hilangnya Kata Indonesia oleh Pengaruh Bahasa Gen Z

19 September 2025   12:08 Diperbarui: 19 September 2025   12:08 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa Indonesia terus berubah. Perubahan ini dipercepat oleh cara bicara Gen Z. Mereka tumbuh dengan media sosial, internet, dan budaya global. Akibatnya, banyak kosakata asli tergeser oleh bahasa gaul dan istilah asing.

Kata-kata seperti "baper," "gabut," "mager," "bucin," dan "halu" digunakan setiap hari. Istilah asli seperti "terlena," "pengangguran," "malas bergerak," atau "terobsesi" perlahan menghilang. Tidak digunakan lagi. Tidak dikenal lagi. Gen Z tidak merasa perlu memakainya (Kusyairi, Nisa, & Febrianti, 2024).

Gen Z juga sering mencampur Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris. Mereka bilang "sorry ya," "gue ngertinya dari vibes-nya," atau "aku udah cancel plan-nya." Ini disebut campur kode. Pola ini terjadi dalam hampir semua platform sosial. Instagram. TikTok. YouTube. Chat WhatsApp. Di mana-mana.

Satu penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa gaul berpengaruh pada kemampuan menulis formal siswa. Remaja yang terbiasa dengan slang kesulitan menyusun teks akademik yang sesuai aturan (Nurani, 2022, dikutip dalam Kumparan, 2025). Mereka tidak mengenal kata baku. Mereka merasa kata-kata baku terlalu kaku.

Ini bukan hanya masalah gaya. Ini masalah fungsi. Bahasa yang baik bukan soal keren. Bahasa berfungsi menyampaikan pesan. Bila pesan tidak bisa dipahami, fungsi bahasa gagal. Bila generasi muda tidak bisa menulis surat resmi, laporan, atau artikel dengan struktur baku, akan muncul masalah lebih besar (Lestari, 2021).

Mengapa Kata Lama Menghilang

Ada beberapa penyebab utama:

* Media sosial dominan. Gaya bahasa yang disebarkan selebritas dan influencer lebih diikuti daripada guru atau tokoh masyarakat (Rahmawati, 2023).

* Globalisasi budaya. Bahasa Inggris dianggap lebih keren. Gen Z lebih suka bilang "cringe" daripada "memalukan."

* Efisiensi dan singkatan. Kata panjang dianggap tidak praktis. "Ngabuburit" lebih cepat daripada "menunggu waktu berbuka."

* Identitas kelompok. Bahasa gaul memberi rasa kebersamaan di antara sesama Gen Z. Bahasa baku dianggap "tua" (Kusyairi, Nisa, & Febrianti, 2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun