Anak perempuan itu kemudian berjalan, entah ke mana. Kuthuk dan Cici memerhatikannya. Beberapa menit kemudian, anak itu muncul bersama anak lelaki.
"Ayamnya sudah kami masukkan kandang, Bu!" ucap anak lelaki itu. Sementara ibunya tersenyum dan mengucapkan terimakasih.
"Terima kasih, Wati, Budi. Kamu bisa istirahat dan mandi. Sudah sore. Sudah shalat Asar, kan?"
"Sudah, Bu."
Kedua anak itu pun duduk-duduk di teras joglo. Mereka berbincang seru. Lagi-lagi Kuthuk dan Cici ingat, kalau mereka biasanya juga berbincang dengan ibunya di rumah.
"Ci, kita harus lekas pulang!"
"Iya. Tapi kita sampai mana ini?" tanya Cici panik.
"Harusnya kita tadi nggak lomba lari. Kita sekarang jadi tersesat, kan?"
Menyesal memang datang terlambat. Mereka sadar, tetapi pertengkaran sudah terlanjur terjadi.
"Sudahlah, kita pikirkan, bagaimana cara kita pulang," ucap Kuthuk.
Kuthuk dan Cici duduk termenung, memikirkan jalan untuk pulang ke rumah. Tiba-tiba...