Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024 Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bubu, si Burung Hantu yang Selalu Tidur Larut Malam

18 Mei 2025   13:15 Diperbarui: 18 Mei 2025   13:15 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah dengan Bing.com

"Tapi kamu besok harus sekolah, Bubu."

Nasihat ibu lagi-lagi tak didengarkannya. Bubu terus saja berceloteh tanpa arah. Andaikan saja dia menuruti usulan Rurung, pasti saat ini sudah ada kemajuan dalam bercerita.

***

Pagi hari berikutnya, Bubu diajak ibunya untuk berburu. Meski matanya masih mengantuk akibat begadang, Bubu mengikuti ajakan itu. Daripada dimarahi ibu terus menerus.

Dengan setengah hati, dia bangun tidur, salat dan mandi. Setelah itu dia ikut terbang bersama ibunya. Karena terlalu mengantuk, dia tidak konsentrasi terbang. Bahkan dia merasa kalau tubuhnya kurang sehat. Tubuhnya kedinginan. Perut mual. Kepalanya berkunang-kunang. Terbangnya pun seperti oleng dan akibatnya dia terjatuh. Ya, dia terjatuh dalam semak-semak. 

Akhirnya dia beristirahat sebentar. Tidak mungkin dia terbang lagi untuk pulang ke rumahnya. Kalau dipaksa, pasti dia akan jatuh lagi.

Ibu Bubu mencarikan air untuk minum Bubu. Beliau menunggu Bubu yang terbaring di semak-semak. Kepala Bubu diusap pelan. Bibir ibu bergerak pelan. Samar-samar Bubu mendengar apa yang diucapkan ibunya itu.

"Ya Allah, ringankanlah sakit anakku, Bubu. Kasihan dia. Pucat seperti ini."

Lalu ibu berdoa, "Allahumma rabbannaasi adzhibilba'sa ishfi wa antasysyaafi laa syifa-a ilasyifauka syifaa-a laayughadiruu saqaman."

Hati Bubu tersentuh dengan ucapan dan doa ibunya itu. Ternyata meski dia sering ngeyel dan tidak menuruti nasihat ibu, tapi ibu tetap baik kepadanya.

"Ya Allah, kasihan ibu. Dia sangat khawatir dengan keadaanku," batin Bubu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun