Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengumpulkan Buah dan Snack untuk Buka Puasa

9 April 2023   11:26 Diperbarui: 9 April 2023   11:32 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: depok.urbanjabar.com

"Wis padha oleh bagian dhewe-dhewe ta?" Tanya pak Samto. (Kalian sudah mendapat bagian jambu sendiri-sendiri ya?)

"Sampun, pak. Matur nuwun nggih, pak." Ucap kami berbarengan. (Sudah, pak. Terimakasih ya, pak).

Setelah itu kami pamit dan melanjutkan jalan kaki ke arah dusun Karangtalun. Saat ke sana, sudah pasti kami melewati rumah pak dukuh Karangtalun. Di depan rumah pak dukuh itu ada pohon talok atau kersen. 

Buahnya banyak. Ada yang masih hijau. Ada pula yang sudah memerah atau malah merah menyala. 

Jadi meski tangan sudah menggenggam beberapa buah jambu air dari pak Samto, kami masih mengincar buah talok atau kersen tadi. Buah kecil-kecil itu memang menggoda. Meski ukurannya tidak lebih besar dari kelereng, tapi rasanya manis sekali. Ada butiran-butiran halus saat memakannya. Hampir sama kalau makan ceplukan. Ah, aku malah jadi membayangkan rasanya. Bismillah, aku harus tetap berpuasa biar dapat pahala dari Allah.

"Pak dukuh, kami minta buah taloknya ya". Kami tetap minta izin kalau mau memetik buah yang bukan milik sendiri. Kami ingat nasehat ustadz kalau semua yang dimakan itu harus halal. Tidak boleh makanan dari hasil mencuri.

"Ya kono. Opeko dhoan. Ketimbang wohe padha tiba lan ora kepangan (Ya kalian petik sana. Daripada buahnya jatuh dan tidak termakan)," ucap pak dukuh mengizinkan kami memetik buah kersen.

Kembali kami beraksi. Seperti saat memetik jambu, beberapa anak laki-laki yang memanjat pohon talok atau kersen. Maklum, pohonnya tinggi. Buah-buah mungil itu dimasukkan ke saku atau dibundel pada sarungnya. Begitu turun, buah kersen dibagi secara adil lagi oleh mas Udin. 

Dengan semangat dan tawa riang, kami berpamitan dan melanjutkan perjalanan sampai pertigaan Karangtalun lalu balik badan untuk pulang. Kami kembali ke rumah masing-masing untuk siap-siap ke sekolah.

Lalu bagaimana dengan buah-buahan yang kami dapatkan setiap pagi? Kalau aku sendiri menyimpannya di lemari ruang makan. Soalnya tidak memiliki kulkas. 

Semoga saja ayah bisa membelikan kulkas biar bisa menyimpan sayur dan buah dalam waktu lama. Kan enak dan segar juga kalau menikmati buah yang baru saja dikeluarkan dari kulkas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun