Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akhir Kisah Kita

27 November 2022   21:49 Diperbarui: 27 November 2022   22:33 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah beberapa bulan ini aku selalu nyesek. Mengingat dan memikirkan hubunganku denganmu yang ternyata tak mulus. Belum sampai setengah tahun sudah terjadi salah paham.

Entah apa yang ada dalam pikiranku, hingga aku teramat kesal kepadamu. Kekesalan itu kuluapkan begitu saja. Tanpa memikirkan bagaimana perasaan dan harga dirimu sebagai lelaki.

Saat menyadari kesalahanku, semua telah berubah. Kau bersikap dingin. Segala chat yang biasanya kau respon di tengah kesibukanmu sebagai abdi negara, kini tak ada lagi.

Chat tak kau sentuh, tak kau baca. Sungguh, kau harus tahu bahwa aku sangat menyesal. Ingin kutemui dan kutebus semua kesalahanku, namun kau masih berada di perantauan. 

Kau ingat lagu Dan-nya Sheila on 7 kan? Pada refrain, ada syair "Caci maki saja diriku bila itu bisa membuatmu kembali bersinar dan berpijar seperti dulu kala."

Ya, saat berharap maafmu, terlintas di benak dan pikiranku, kau caci maki yang kudengar dari suara beratmu, akan kuterima dengan lapang dada.

***

"Emang tadinya gimana sih, Rana?" Selidik sahabat karibku, Sandra. Kau pernah bertemu dengannya. Perempuan yang lemah lembut, tak seperti aku yang ceplas-ceplos.

Dia menjadi teman curhatku sejak awal mengenal,dan jadian denganmu. Sampai hubungan kita bermasalah.

"Aku berharap pas pulang, dia menemuiku. Namun dia malah asyik dengan teman-temannya." Aku mulai bercerita kepada Rana. 

"Lho, apa salahnya kalau dia reunian sama teman-temannya?" Sandra menyela ceritaku.

"Aku nggak menghalanginya, Ndra. Nggak sama sekali. Tapi aku ingin dia meluangkan sedikit waktu untuk aku."

Kuceritakan pula kalau kau tak mau mengenalkanku dengan sahabat-sahabatnya. Seperti yang dilakukan sahabatmu kalau sudah punya gandengan.

"Nah, kan kamu kalau sahabat Aji ngenalin kekasihnya. Berarti dia pernah ngajak kamu. Gimana sih kamu ini, Rana?" 

"Aku tahunya dari story WhatsApp Aji, Ndra. Mereka foto bareng. Terus aku yang tanya, siapa perempuan yang berdiri atau duduk di samping temennya. Baru Aji cerita."

Sandra manggut-manggut saat mendengar ceritaku. Tapi tanggapan belum keluar dari mulutnya.

"Mungkin Aji ada pertimbangan sendiri, Rana. Coba dikomunikasikan. Pasti ada jalan untuk hubungan kalian," petuah bijak sahabatku itu.

Terus terang aku masih bingung untuk berkomunikasi denganmu. Telepon atau video call, sudah pasti harus menunggu waktu yang pas. Beruntung kalau kau mau mengangkat teleponku. Kalau tidak, nelangsanya aku.

***

"Pantas kau nggak mau menemuiku. Nggak menghubungiku. Ternyata kau malah ada hubungan dengan Sandra, Ji," aku bicara dengan fotomu yang kubingkai dan kupajang di dinding kamarku.

Tanpa sengaja, tadi siang aku melihat Sandra. Tak seperti biasanya Sandra pergi tanpa aku atau adiknya. Yang sangat mengejutkanku, kau menggandeng tangan Sandra.

Kukuatkan hati untuk mendekati kalian, namun aku tak sekuat yang ada dalam pikiranku. Pada akhirnya aku memilih ke motorku terparkir. Ya, aku pulang. Tak mau melihatmu dan sahabatku bermesraan.

Perlahan kuturunkan fotomu. Kuletakkan perlahan pada meja riasku. Kupandangi beberapa saat. Kubalikkan gambarmu biar tak kulihat lagi.

***

Pagi hari berikutnya. Suara adzan Subuh membangunkanku. Alhamdulillah, aku bisa tidur nyenyak setelah pikiranku runyam memikirkanmu.

Segera kumenuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengambil air wudhu. Dinginnya udara pagi membuatku sedikit menggigil. Kulawan hawa dingin. Kulangkahkan kaki menuju masjid. Dalam perjalanan, kupercepat langkah karena suara iqamah sudah memanggil dari toa masjid.

Pagi ini aku bertekad untuk lebih nrimo (menerima) atas nasib hubunganku denganmu, Ji. Aku yakin bahwa Allah akan menyiapkan lelaki terbaik untukku jika tak denganmu. Aku relakan kau bahagia bersama Sandra.

***

"Kudengar dari Sandra, kamu berdoa untuk didekatkan denganku jika memang jodohmu, Rana. Beneran nih?" Tiba-tiba suara yang tak asing masuk telingaku. 

Kuhentikan langkah. Aku meyakinkan diri bahwa memang itu kamu, Ji. Kulayangkan pandangan ke arah suaramu berasal. 

Kau berdiri tegak di pintu gerbang masjid. Jaket yang kuberikan beberapa hari setelah jadian tampak melekat di tubuhmu.

Aku tak percaya kalau di depanku ada kau. Pagi-pagi buta kau harus ke masjid kampungku, padahal rumahmu jauh dari tempat tinggalku.

Aku tak mau gede rasa. Ada Sandra di hatimu. Jadi, aku tak mau berharap apapun. Aku sudah mengikhlaskan semua. Karenanya aku bergegas melanjutkan langkahku untuk pulang. Dengan mudahnya kau menyejajari langkahku.

Kujaga jarak denganmu. Bagaimanapun untuk saat ini aku lebih memilih persahabatan dengan Sandra daripada berdekatan denganmu.

"Sudahlah, Ji. Kamu pulang saja."

"Jadi, kamu mengusirku nih? Padahal aku pingin berkenalan dengan calon mertuaku lho".

__

Branjang, 27 November 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun