Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Akhir Kisah Sundapura, Sunda Kalapa, Jayakarta, Batavia, dan Jakarta

15 Maret 2024   18:57 Diperbarui: 16 Maret 2024   11:56 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebelum Batavia berdiri (1619) menara Culemborg itu dulu lokasi petugas pabean kerajaan Banten di Jayakarta. (Foto Algemeen Rijksarchief)

Pelabuhan Sunda Kalapa merupakan pelabuhan yang menakjubkan dan terpenting di antara pelabuhan lainnya di Sunda. Di sinilah tempat perdagangan terbesar dijalankan, dimana semua orang berdatangan dari Sumatra, Palembang, Laue, Tanjungpura, Malaka, Makassar dan Jawa Madura dan banyak lagi...

Alinea di atas itu tulisan dari Tome Pires yang menulisnya semasa tinggal di Malaka (1512-1515) dan melakukan perjalanan ke Sumatera dan Jawa dalam kumpulan laporannya Suma Oriental (Dunia Timur).

Pires adalah ahli dan pialang obat Portugis yang melanglang ke Timur serta menghabiskan waktunya di India (1511), Malaka (1512-1515) serta meninggal sebagai duta Portugis di China (1540).

Tome Pires pada zamannya tidak hanya berjasa membuat catatan laporan buat raja Joao III (memerintah Portugal 1521-1557) atau raja Manuel I (1495-1521) ayah Joao III melalui surat-suratnya dari Malaka.

Akan tetapi menurut Prof A Margana dalam pengantarnya di Suma Oriental edisi bahasa Indonesia (2014), Pires "tidak sekadar mencatat segala sesuatu yang ia lihat dan amati, akan tetapi juga mengklarifikasi hal-hal yang bersifat dongeng orang Cina dengan Jawa, misalnya" juga, "banyak fakta mengejutkan dari catatan Pires yang dapat mendorong penelitian-penelitian yang lebih akurat tentang Indonesia pada masa awal modern...," kata Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada ini pula.

Tome Pires, menurut Prof A Margana, "selalu berusaha kritis tentang obyek yang ia tuliskan," misalnya, Pires beberapa kali mengawali atau mengakhiri deskripsinya dengan mengatakan, "Saya pun telah melakukan penelitian, investigasi lebih lanjut dan memastikan kebenaran atas fakta-fakta yang saya miliki dengan banyak orang...,"

Pelabuhan Sunda Pajajaran

Tome Pires menulis tentang eksistensi pelabuhan Sunda Kalapa (yang saat ini masih berfungsi di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara) dalam catatan tentang Pulau Jawa dan kerajaan Sunda, yang menurutnya "pulau yang makmur, penuh kebanggaan, kaya dan ksatria...,"

Kerajaan Sunda yang dimaksud oleh Tome Pires ini, menurut Prof Pieter Johannes Veth (1814-1895), "... tidak lain tidak bukan adalah Pajajaran," katanya dalam catatan kaki di buku Suma Oriental edisi terbit kembali dalam bahasa Indonesia, 2014.

Veth menuliskan hal ini terutama ketika Pires menuliskan tentang Dayo atau Daio kota tempat tinggal raja Sunda di pedalaman yang dilukiskan Pires sebagai "memiliki rumah-rumah yang dibangun dengan baik menggunakan daun kelapa dan kayu,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun