Mohon tunggu...
Jongen Nugraha
Jongen Nugraha Mohon Tunggu... BPS Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan

ASN di Badan Pusat Statistik Kabupaten Muara Enim

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Target Presiden Prabowo vs Realita Proyeksi IMF: Siapa yang Menang ?

5 Agustus 2025   20:36 Diperbarui: 5 Agustus 2025   20:42 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Laporan World Economic Outlook Update IMF edisi Juli 2025 membawa kabar yang layak dicermati. Proyeksi pertumbuhan global 2025 direvisi naik menjadi 3,0 persen dari 2,8 persen yang dirilis pada April lalu. Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh fenomena front-loading perdagangan negara-negara mempercepat aktivitas ekspor-impor sebelum kebijakan tarif baru berlaku, serta pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan stimulus fiskal di negara maju. Namun, optimisme tersebut masih rapuh, karena risiko geopolitik Timur Tengah dan ketegangan perdagangan AS-China dapat sewaktu-waktu mengguncang stabilitas yang baru terbangun.

Dalam lanskap regional, Tiongkok sebagai mitra dagang utama Indonesia diperkirakan tumbuh 4,8 persen pada 2025. Angka ini moderat, tidak sekuat dekade sebelumnya, tetapi tetap menjadi pilar penting bagi perdagangan Asia Timur. Bagi Indonesia, setiap perubahan permintaan dari Tiongkok akan langsung terasa, terutama pada ekspor komoditas utama seperti batubara, minyak sawit, dan nikel. Pelemahan kecil saja pada perekonomian Tiongkok berpotensi memangkas surplus perdagangan dan menekan kinerja pertumbuhan nasional.

Pelonggaran Moneter dan Efeknya

Perkembangan terbaru datang dari kebijakan moneter domestik. Bank Indonesia pada 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,00%. Atau terendah sejak November 2022 terakhir dengan angka yang sama. Penurunan pertama setelah periode panjang suku bunga tinggi. Langkah ini memberikan sinyal penting: ruang bagi pemulihan konsumsi domestik mulai dibuka. Dengan inflasi terkendali di 2,37 persen (yoy Juli 2025), pelonggaran ini diharapkan meringankan beban biaya pinjaman, khususnya bagi sektor rumah tangga dan UMKM yang selama ini paling terdampak oleh kebijakan suku bunga ketat. Kebijakan ini juga sejalan dengan tren global setelah The Fed memangkas suku bunganya lebih dulu pada akhir 2024. Perbedaan kebijakan moneter antara Indonesia dan negara maju sempat menciptakan tekanan pada rupiah, tetapi pelemahan dolar AS dalam beberapa bulan terakhir memberi ruang aman bagi Bank Indonesia untuk menggeser fokus dari stabilitas ke pertumbuhan.

Menurut proyeksi IMF, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 dan 2026 diperkirakan berada di 4,8 persen. Angka ini relatif stabil, sedikit lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya (4,7 persen), tetapi jauh dari ambisi 6-8 persen yang dicanangkan Presiden Prabowo. Dalam konteks ASEAN 5, proyeksi ini masih berada di atas rata-rata kawasan yang diperkirakan 4,1 persen, namun tertinggal dari India yang diproyeksikan melesat 6,4 persen. Tantangan lain datang dari kawasan East Asia and Pacific (EAP) tanpa Tiongkok, yang proyeksinya turun dari 4,9 persen pada 2024 menjadi 4,2 persen pada 2025. Pelemahan ini berpotensi menekan permintaan ekspor Indonesia, terutama komoditas primer yang selama ini menopang neraca perdagangan.

Daya Beli dan Ketahanan Domestik

Konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama ekonomi Indonesia menurut data BPS Badan Pusat Statistik (BPS) konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 54,25% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Pada kuartal II 2025 dengan tumbuh sebesar 4,97% (Y-on-Y). Namun, tekanan daya beli belum sepenuhnya reda. Harga pangan, terutama beras dan minyak goreng, masih fluktuatif dan sering menjadi penyumbang inflasi tertinggi. Hal ini terlihat pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga tidak pernah mencapai 5% sejak kuartal III 2023. Meski pelonggaran suku bunga memberi harapan, pemulihan konsumsi kemungkinan akan berlangsung bertahap karena masyarakat masih berhati-hati dalam belanja. Hal ini tercermin pada data Mandiri Spending Index (MSI) juli 2025 yakni rata-rata pertumbuhan mingguan belanja masyarakat selama periode libur sekolah 2025 dibanding periode sebelum libur meningkat 2,8%, lebih rendah dibanding pertumbuhan di periode libur sekolah 2024 (3,4%).

Secara fiskal, Indonesia relatif aman dengan rasio utang yang moderat. Namun, rasio penerimaan pajak di bawah 12 persen PDB masih menjadi pekerjaan rumah besar. Tanpa reformasi pajak dan digitalisasi penerimaan, ruang untuk meningkatkan belanja produktif seperti infrastruktur, pendidikan, dan perlindungan sosial akan terbatas. IMF menegaskan bahwa tanpa reformasi mendalam, sulit bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan pertumbuhan moderat di kisaran 5 persen. Diversifikasi pasar ekspor ke wilayah non-tradisional seperti Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan perlu dipercepat. Ketergantungan berlebihan pada China dan AS membuat ekonomi nasional rentan terhadap dinamika kebijakan kedua raksasa ekonomi itu.

Menutup Kesenjangan Ambisi dan Realitas

Kesenjangan antara proyeksi IMF (4,8 persen) dan target pemerintah (6-8 persen) harus dilihat sebagai alarm, bukan alasan untuk pesimis. Indonesia memiliki modal besar berupa bonus demografi, pasar domestik luas, dan posisi strategis di rantai pasok global. Namun, modal ini hanya akan bermakna jika dibarengi kebijakan progresif: peningkatan produktivitas tenaga kerja, akselerasi industrialisasi berbasis teknologi, serta penguatan tata kelola pemerintahan.

Keputusan BI memangkas suku bunga memberi harapan awal bagi percepatan pertumbuhan, tetapi itu baru langkah pertama. Tanpa reformasi struktural yang menyeluruh, momentum pemulihan bisa cepat hilang, dan ambisi pertumbuhan tinggi berpotensi tinggal janji. Dalam situasi global yang kian tidak pasti, kemampuan Indonesia untuk memanfaatkan peluang sekaligus mengantisipasi risiko akan menentukan apakah kita sekadar bertahan atau benar-benar melesat maju.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun