"Beijing memandang SCO sebagai wadah untuk mengekspor visinya tentang tata kelola hingga melampaui Eurasia,namun memiliki bobot simbolis, kapasitas SCO untuk memimpin reformasi tata kelola global masih dibatasi oleh fragmentasi internal dan skeptisisme eksternal," ujar Ping dari Bond University.
Ia menambahkan, hambatan praktis SCO mencakup keragaman anggotanya, perbedaan sistem politik, serta keterbatasan kapasitas institusional.
"Sebagian anggota bisa jadi enggan mengikuti model China lebih jauh, dan justru memilih sikap netral atau menjaga keseimbangan hubungan dengan kekuatan lain."
Pada akhirnya, ujar Abuza, jangkauan SCO masih terbatas karena hanya beranggotakan 10 negara. Kini lebih dari 100 negara anggota.
Abuza mencatat Beijing sejak lama berusaha membangun lembaga di luar tatanan pasca-Perang Dunia II. Misalnya, Tiongkok membangun Asian Infrastructure Investment Bank yang dijalankan paralel dengan Bank Dunia dan IMF.
Suara Pejuang Keadilan
Menurut Aristoteles yang mengatakan bahwa keadilan adalah tindakan yang terletak diantara memberikan terlalu banyak dan sedikit yang dapat diartikan memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan apa yang menjadi haknya.
Kutipan Desmond Tutu menekankan "Ubuntu" (kemanusiaan melalui orang lain), dengan frasa seperti "Seseorang menjadi manusia melalui orang lain" dan "Saya ada karena orang lain ada".
Ia memperjuangkan keadilan di atas perdamaian semata, dengan pernyataan terkenalnya, "Tidak ada perdamaian karena tidak ada keadilan", dan menganjurkan keberanian, kasih sayang, dan pengampunan sebagai jalan menuju penyembuhan dan koneksi.
"Seseorang menjadi manusia melalui orang lain. Saya ada karena orang lain ada".
"Kemanusiaan saya terikat dalam kemanusiaan Anda, karena kita hanya bisa menjadi manusia bersama".