Jadi, jika seseorang sudah jatuh hati pada sebuah tokoh fiksi, tak perlu juga mereka memaksakan diri untuk jatuh cinta pada manusia muka bumi. Toh, cinta tetaplah euforia yang hura-hura waktu dan pikiran, siapapun objek yang kita cintai. Mencintai tokoh fiksi maupun manusia asli pun sama-sama yogianya---sama-sama gilanya. Hanya saja, barangkali bagi sebagian orang, menemui satu cinta di antara milyaran manusia bukanlah suatu perkara mudah. Jika dengan mencintai tokoh fiksi dapat membuatnya merasa dicintai pula, apa salahnya?
Lalu, apakah Kondo tetap gila? Apakah orang-orang yang jatuh cinta pada tokoh fiksi itu tetap gila? Ya, tentu mereka tetap gila. Tapi bukankah kita sudah bersepakat dengan Phaedrus bahwa cinta memanglah sebuah kegilaan Ilahi? Lalu untuk apa melabeli mereka gila jika seluruh manusia yang tengah jatuh cinta itu memang seyogianya sedang menggila? Atau mungkin, kita perlu kembali menggarisbawahi istilah tergila-gila cinta untuk dapat menormalisasi kondisi jatuh hati pada tokoh fiksi---yang sebenarnya sudah sangat normal.
***