Apakah ini tragedi literasi atau komedi akademik?
Mungkin keduanya.
Karena saat pengetahuan menjadi bahan guyonan, dan membaca dianggap kuno, kita sedang menonton teater absurditas pendidikan.
Apakah Kita Korban Budaya, Sistem, atau Diri Sendiri?
Masalah ini tidak berdiri sendiri.
Ia tumbuh dari budaya yang tidak menempatkan buku di tengah rumah, dari sistem pendidikan yang lebih mengagungkan angka daripada rasa ingin tahu, dari masyarakat yang lebih bangga anaknya viral daripada anaknya gemar membaca.
Kita menormalisasi ketidakpedulian terhadap ilmu.
Kita bilang "ah, yang penting bisa kerja", seolah kerja dan ilmu tak bisa berjalan bersamaan.
Kita ejek orang yang banyak tahu sebagai "sok pintar", padahal justru mereka yang membuat dunia bergerak.
Dan lama-lama, kita terbiasa.
Terbiasa untuk tidak tahu.
Terbiasa untuk tidak belajar.