Buku tak masuk daftar incaran pencuri, sebab ilmu bukan hal yang dicari.
Di Indonesia, literasi bukan hal mendesak.
Menurut data UNESCO, minat baca kita termasuk yang terendah di dunia---hanya 0,001 persen.
Itu berarti, dari setiap 1.000 orang, cuma satu yang benar-benar membaca.
Buku-buku boleh tersedia di perpustakaan, dijual murah lewat bazar, atau bahkan dibagikan gratis.
Tapi tetap saja tak banyak yang tertarik menyentuhnya.
Karena membaca bukan budaya, melainkan pilihan terakhir, kalau pun itu pernah dipilih.
Ilmu Kalah Pamor, Karena FYP Lebih Menggiurkan
Hari ini, pengetahuan bersaing dengan algoritma.
Satu video joget bisa dilihat jutaan kali, sementara satu esai reflektif butuh waktu berhari-hari untuk tembus seratus views.
Sastra hanya viral jika disajikan sebagai potongan audio-visual dramatis.
Sejarah cuma dilirik kalau dibumbui teori konspirasi.