Mohon tunggu...
Jiebon Swadjiwa
Jiebon Swadjiwa Mohon Tunggu... Penulis

📖 Penulis | Jurnalis | Content Writer | Hidup untuk ditulis, menulis untuk hidup, dan apa yang saya tulis itulah diri saya!

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Aku Adalah Penjahat di Matanya, Dengan Dakwaan Ketulusan Mencintai Dalam Diam

7 April 2025   09:23 Diperbarui: 7 April 2025   10:46 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi metaforis cinta diam yang tulus namun dituduh sebagai kesalahan oleh yang dicintai. (Ilustrasi by AI)

Ada waktu di mana cinta tak tumbuh di taman yang sama, meski benihnya ditanam bersamaan. Waktu ketika mata yang kita pandangi tak pernah benar-benar melihat, hanya melewati.

Aku hidup di waktu itu, di ruang antara namaku dan namanya yang tak pernah bersentuhan, selain dalam doa yang tak bersuara.

Aku adalah penjahat di matanya, begitu mungkin ia menyimpulkan. Bukan karena aku melukai, bukan pula karena aku merampas. Tapi karena aku mencintainya tanpa izin, dengan kelembutan yang mungkin terasa mencurigakan bagi dunia yang selalu menuntut alasan untuk setiap kasih sayang. Di dunia ini, cinta yang tidak diminta adalah dosa; dan aku, adalah pendosa yang tak pernah mengaku.

Bayangkan seekor kupu-kupu jatuh cinta pada api. Ia tak menyentuh, hanya mendekat diam-diam. Tapi dunia menyaksikannya terbakar, dan menyalahkannya karena mendekat. Padahal ia hanya ingin hangat, hanya ingin cahaya. Bukankah itu naluri yang paling purba dari setiap makhluk yang bernapas?

Aku pernah melihatnya tertawa, dan diam-diam menanam tawa itu di dadaku seperti pohon kecil. Setiap kali dunia terasa terlalu sunyi, aku datang berteduh di bawah daun-daunnya yang tak nyata. Bukankah kita semua punya pohon semu di dalam kepala? Tempat kenangan tumbuh meski tak pernah disiram oleh kenyataan?

Namun di matanya, aku mungkin adalah bayangan yang terlalu lama berdiri di ambang pintu. Tidak cukup penting untuk diundang masuk, tapi terlalu nyata untuk diabaikan.

Dan begitulah cinta diam bekerja, ia seperti aroma kopi yang tinggal lama di udara, bahkan setelah cangkirnya kosong.

Kadang aku bertanya, mungkinkah cinta tanpa suara dianggap bising hanya karena hadirnya mengganggu kenyamanan kebisuan orang lain? Atau mungkinkah diamku lebih gaduh dari kata-katanya yang tak pernah menyapaku?

aku mencintaimu seperti embun mencintai pagi,
tak pernah terlihat, tapi selalu ada,
tak pernah mengganggu, tapi selalu menunggu
untuk menguap dalam cahaya yang tak pernah tahu ia dicintai.

Dan kini, aku duduk di antara reruntuhan pengharapan yang tak pernah sempat dibangun. Ia menatapku dengan mata yang mungkin menuduh. Tapi apa dayaku? Aku tak punya senjata selain perasaan, dan tak punya pelindung selain diam.

Jika mencintai dalam diam adalah kejahatan, maka biarlah aku dihukum oleh waktu. Biarlah tahun-tahun mencabik rinduku, satu demi satu. Aku akan menerimanya seperti seorang pengelana yang tahu: tak semua perjalanan harus berujung rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun