Menemukan Jodoh
Selain membangun persahabatan “trio kwek-kwek”, sepeda juga menjadi teman dan saksi perjalanan dalam menemukan jodoh. Menemukan sosok perempuan yang akhirnya kini menjadi ibunya anak-anak.
Bagi saya, jodoh itu dicari dan diperjuangkan. Sebagaimana naik sepeda, untuk mencapai tujuan maka harus ada usaha, perjuangan, kehati-hatian, kesabaran, dan menjaga keseimbangan. Hal yang sama juga berlaku dalam menjalin sebuah hubungan.
Pencarian jodoh bukanlah perkara yang mudah. Hal ini karena menyangkut keputusan besar dalam hidup. Oleh karena itu, dibutuhkan pertimbangan yang matang.
Seolah-olah sepeda menjadi kaca pembesar untuk melihat dan mempertimbangkan sosok perempuan yang bisa dijadikan teman hidup. Sosok perempuan yang siap hidup sederhana, sebagaimana kesederhanaan sepeda.
Di kampus, saya memiliki banyak teman perempuan. Seringkali sepeda menjadi sahabat setia ketika bertemu atau menemui mereka. Selain menjadi sahabat, sepeda juga menjadi saksi ketika saling menyapa dan berdiskusi dengan perempuan-perempuan baik tersebut.
Dalam perjalanan dari kampus menuju rumah atau sebaliknya, terkadang tanpa direncanakan bertemu teman perempuan. Saya pun turun mendorong sepeda sambil berjalan kaki dengan teman perempuan tersebut untuk menuju arah yang sama.
Andaikan sepeda bisa bicara, mungkin dia tersenyum dan tertawa. Mungkin menertawakan saya yang kaku berkomunikasi dengan perempuan. Atau mungkin dia bisa memberi saran tentang perempuan yang paling baik atau paling cocok buat saya.
Pada akhir Juli 2007, saya bertemu dengan seorang perempuan yang saya kagumi. Perempuannya manis, baik, dan sederhana. Perjumpaan berlangsung dalam sebuah kegiatan mahasiswa yang pesertanya berasal dari berbagai daerah. Berhubung kegiatannya di luar kota, maka sepeda tidak bisa ikut menemani.
Saya sangat tertarik dengan perempuan manis tersebut dengan semangat dan kesederhanaannya. Apalagi ketika diajak berdiskusi, ternyata nyambung. Ditambah lagi, ternyata dia juga memiliki sepeda, sama seperti saya.
Setelah kegiatan berakhir, semua peserta kembali ke daerah masing-masing. Namun, kegiatan tersebut menjadi pengantar dalam jalinan hubungan selanjutnya. Meski berasal dari kampus yang berbeda, tapi kami tinggal di kota yang sama, sehingga masih mudah untuk bertemu.