Setelah bahan-bahan (bumbu dan sayuran) dicuci bersih, kemudian dikeringkan sebelum diiris halus. Mengapa harus ditiriskan sampai kering? Hal tersebut memengaruhi rasa makanan nantinya, agar lebih nikmat. Semua bahan-bahan yang sudah diiris, kemudian ditaburi dengan tepung sagu, dan diaduk hingga merata.
Selanjutnya dipersiapkan wajan dengan ditambahkan minyak kelapa sedikit untuk tempat memasak. Bahan yang telah diaduk tersebut dimasukkan ke dalam wajan selama kurang lebih 15 menit.
Penyajian
Setelah matang, sopulut diangkat dan diletakkan pada wadah yang disiapkan. Saya lebih suka bila diletakkan di atas daun pisang sebelum dinikmati bersama-sama. Ternyata makanan ini lebih nikmat ketika dikonsumsi saat masih hangat. Lebih nikmat lagi bila sopulut ditambahi dengan sambal ikan atau sambal dabu-dabu.
Sopulut biasanya dikonsumsi bersama keluarga atau saudara. Orang Tonsawang yang tinggal di perantauan pasti merindukan sopulut sebagai pengingat indahnya kebersamaan dan kekeluargaan di kampung halaman. Makanan ini juga bisa menjadi oleh-oleh bagi sanak saudara di perantauan.
Makna Sopulut
Bagi orang Tonsawang, sopulut tidak hanya dimaknai sebagai makanan, tetapi juga sebagai identitas yang bermakna kesederhanaan, kebersamaan, dan gotong-royong. Makanan dari sagu dan sayur-sayuran ini bisa dimasak kapan saja, tetapi biasanya dimasak ketika berkumpul bersama keluarga. Bila seseorang pulang kampung, maka yang dicari adalah sopulut.
Orang Tonsawang yang tinggal di perantauan pun menjadikan sopulut sebagai identias yang mengikat mereka. Bila berkumpul, seringkali mereka memasak sopulut dengan bergotong-royong. Gotong-royong dalam penyiapan bahan, dan juga pada saat pengolahan. Proses itu membuat mereka teringat akan kampung halaman.