Pada 2018, saya pernah berkunjung ke Tombatu, Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara. Sebagaimana biasanya bila berkunjung ke suatu daerah, saya selalu mencari makanan khas daerah tersebut. Akhirnya saya menemukan sopulut.
Sopulut atau yang dikenal dengan Pizza Tombatu, merupakan makanan khas masyarakat Suku Tonsawang yang berada di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara. Meskipun populer dengan istilah Pizza Tombatu, tetapi makanan ini tidak hanya dikenal di Kecamatan Tombatu, tetapi juga di Kecamatan Touluaan. Suku Tonsawang bermukim di kedua wilayah tersebut.
Sopulut sudah dikenal lama sebagai makanan favorit mayarakat Suku Tonsawang. Makanan yang berbahan dasar sagu dan sayur-sayuran ini sudah dikenal pada masa kolonial. Secara sederhana, sopulut diartikan sebagai makanan yang dimasalak dari sagu dan sayur-sayuran.
Pada awalnya sopulut diperkenalkan oleh petani ketika membuka lahan pertanian yang jaraknya jauh dari rumah. Mereka menginap di lahan yang digarap bersama keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, mereka memanfaatkan tanaman sagu, ubi, pisang, talas, jagung, dan sayur-sayuran yang tumbuh subur di area perladangan sebagai makanan sehari-hari.
Hasil olahan dari bahan-bahan makanan tersebut disebut dengan sopulut. Bagi mereka, makanan ini bukan hanya makanan pokok tetapi juga makanan yang menyehatkan. Mereka meyakini bahwa dengan  memakan sopulut, tubuh mereka  lebih tahan/kuat (wawancara dengan Julius di Desa Tombatu I, 7 April 2018).
Bahan  Sopulut
Bahan-bahan pembuatan sopulut tersedia di alam sehingga disebut makanan alamiah.  Orang Tonsawang biasanya  menanam sebagian besar bahan makanan (sayuran) ini di pekarangan rumah. Sopulut identik dengan sagu daun pepaya sebagai bahan utamanya. Sementara bahan pelengkap pembuatan sopulut disesuaikan dengan ketersediaan bahan dan selera pembuat/konsumennya.
Pada umumnya bahan pelengkap pembuatan sopulut adalah kangkung, daun gedi, labu (sambiki), sayur paku, minyak kelapa, batang bawang, kemangi, dan daun kunyit.
Pengolahan
Setelah bahan-bahan (bumbu dan sayuran) dicuci bersih, kemudian dikeringkan sebelum diiris halus. Mengapa harus ditiriskan sampai kering? Hal tersebut memengaruhi rasa makanan nantinya, agar lebih nikmat. Semua bahan-bahan yang sudah diiris, kemudian ditaburi dengan tepung sagu, dan diaduk hingga merata.
Selanjutnya dipersiapkan wajan dengan ditambahkan minyak kelapa sedikit untuk tempat memasak. Bahan yang telah diaduk tersebut dimasukkan ke dalam wajan selama kurang lebih 15 menit.
Penyajian
Setelah matang, sopulut diangkat dan diletakkan pada wadah yang disiapkan. Saya lebih suka bila diletakkan di atas daun pisang sebelum dinikmati bersama-sama. Ternyata makanan ini lebih nikmat ketika dikonsumsi saat masih hangat. Lebih nikmat lagi bila sopulut ditambahi dengan sambal ikan atau sambal dabu-dabu.
Sopulut biasanya dikonsumsi bersama keluarga atau saudara. Orang Tonsawang yang tinggal di perantauan pasti merindukan sopulut sebagai pengingat indahnya kebersamaan dan kekeluargaan di kampung halaman. Makanan ini juga bisa menjadi oleh-oleh bagi sanak saudara di perantauan.
Makna Sopulut
Bagi orang Tonsawang, sopulut tidak hanya dimaknai sebagai makanan, tetapi juga sebagai identitas yang bermakna kesederhanaan, kebersamaan, dan gotong-royong. Makanan dari sagu dan sayur-sayuran ini bisa dimasak kapan saja, tetapi biasanya dimasak ketika berkumpul bersama keluarga. Bila seseorang pulang kampung, maka yang dicari adalah sopulut.
Orang Tonsawang yang tinggal di perantauan pun menjadikan sopulut sebagai identias yang mengikat mereka. Bila berkumpul, seringkali mereka memasak sopulut dengan bergotong-royong. Gotong-royong dalam penyiapan bahan, dan juga pada saat pengolahan. Proses itu membuat mereka teringat akan kampung halaman.
Belakangan ini, sopulut bukan hanya sebagai makanan keluarga Suku Tonsawang, tetapi ternyata memiliki potensi ekonomi. Beberapa orang khususnya di Tombatu menjual sopulut sebagai mata pencaharian. Umumnya penjual sopulut digeluti oleh ibu-ibu. Biaya produksi yang rendah karena bahan-bahannya mudah didapatkan, membuat usaha ini cukup menjanjikan.
Penjual sopulut cukup bervariasi. Mulai dari penjual yang menjajakannya dari pintu ke pintu, penjual di pasar tradisional, hingga penjual yang memanfaatkan media sosial. Penjualan sopulut tidak hanya di Tombatu, tetapi terdapat juga di beberapa daerah seperti di Manado.
Bagi saya sebagai orang yang beberapa kali menikmati sopulut, rasanya biasa saja. Akan tetapi, nilai kesehatannya lebih penting daripada rasa di lidah. Saya bukan orang Tonsawang, tapi saya tetap merindukan makanan ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI