Dengan adanya perkembangan kontemporer disatu sisi dan lunturnya pemahaman dan pengetahuan tentang sejarah terutama bagi generasi muda pada sisi yang lain, maka nilai-nilai sosial tersebut diatas juga mengalami sebuah proses distorsi yang menyebabkan pengaburan makna, yang pada gilirannya nanti akan melemahkan semangat "Ain Ni Ain" "Aku adalah Aku" "Loe - Loe - Gue - Gue" bahkan akan menjadi sebuah akar permasalahan baru yang nantinya menghambat proses pembangunan di Kei secara berkelanjutan. Tantangannya ialah, bagaimana melakukan rekonstruksi nilai-nilai budaya yang fungsional terhadap kepentingan pembangunan daerah baik pada aras kabupaten dan kota.
Â
Berdasarkan berbagai kenyataan ini, maka sebaiknya Masyarakat kembali kepada sikap hidup yang mengutamakan harmoni dan toleransi, yang mengajak manusia saling menghargai dan hidup dalam harmoni dengan alam sekitarnya. Atas dasar itu usaha kesejahteraan akan tertuju kepada kepentingan rakyat banyak. Akan ada hubungan antara umat agama yang kembali harmonis sebagaimana kita alami hinga tahun 1960-an. Kepentingan daerah dan etnik akan dapat diperhatikan tanpa mengabaikan dan mengorbankan kepentingan negara dan bangsa secara keseluruhan.
Dipindahkan dari :
https://m.facebook.com/notes/jhanes-harry/gotong-royong-hamaren-dan-gemohing/10151292380757854/