“Kau memang detektif bijaksana,Steph. Bisakah kau besok datang ke Keukenhof?”
“Untuk apa?”
“Aku ingin memberimu sesuatu.”
Stephani pulang dengan hati penasaran. Dia bertanya-tanya dalam hati,mengapa dia tidak memberi sesuatu itu langsung padanya tadi.
Dia berjalan menuju Keukenhof menggunakan mantel birunya. Dia tak sabar ingin menemui Alex. Sebenarnya apa yang mau dia berikan,padahal ini bukan hari ulang tahunnya.
“Stephani! Kemarilah!” panggil Alex yang sedang ada di tempat penjual gula-gula.
“Ini untukmu.” tangan Alex mengulur memberikan gula-gula ke Stephani.
“Wah! Terima kasih Alex,kau memang barista yang tampan!” katanya dengan wajah bercahayanya.
Mereka duduk di bangku kayu yang sering mereka tempati. Senja ini sangat damai. Nyanyian burung gereja bersahut-sahutan menghias cahaya sore. Seketika degup jantung Alex tak beraturan. Lidahnya tiba-tiba kelu dan keringat dingin mengucur.
“Stephani.” panggil Alex dengan gugup.
“Iya? Apa ada sesuatu yang mau kau katakan?”