Mohon tunggu...
Inovasi

Stephani Watson

1 November 2015   19:17 Diperbarui: 3 November 2015   15:07 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Alex. Seorang laki-laki yang menolong Stephani ketika dia pingsan di Keukenhof. Kini dia menjadi sahabat wanita itu, yang selalu mendengar cerita dan keluh-kesah Stephani sebagai seorang detektif. Mereka sama,tak punya orangtua. Jadi,ketika bercerita mereka tau apa yang satu sama lain rasakan. Bagi Stephani sesosok Alex adalah orang baru yang dikenalnya dan bertahan sebagai kawan sampai sekarang. Ya,jika Stephani berteman dengan orang baru biasanya hanya bertahan beberapa minggu. Karena dia tak punya waktu yang cukup untuk bergaul dengan mereka. Namun,berbeda dengan Alex. Sesosok lelaki tinggi berkulit putih yang memiliki mata tajam dan alis tebal itu mampu menjadi sosok sahabat baginya. Stephani sering mendengar di kafe tempat dia bekerja,kalau dia sering dipanggil dengan ‘Barista Tampan’. Dia hanya tertawa kecil jika mendengar orang memanggil Alex dengan sebutan itu . Banyak orang mengira bahwa mereka berpacaran,namun dengan kompak mereka selalu menyangkal bahwa hubungan mereka sekedar bersahabat.

Setelah Stephani pulang bekerja,sekarang dia selalu menyempatkan diri ke Coffee Time. Jika disana,Stephani nampaknya bisa menenangkan dan mengistirahatkan diri dari segala penat daripada dia beristirahat di rumah. Entah kenapa ini sungguh aneh,dan kebiasaannya ini berlanjut hingga sekarang. Hingga musim semi datang kembali.

Angin musim semi berhembus menyibak rambut pirang sebahunya. Dia sudah muak dengan kasus-kasus yang menjadi makanannya setiap hari. Sebagai manusia tentu saja dia juga punya titik jenuh dan punya hak untuk beristirahat. Melihat wanita seumurannya yang kini sedang asik dicumbu cinta,dia hanya bisa tersenyum tipis dan hambar. Cinta?

Stephani membatin dalam lubuk hatinya. Apa itu cinta? Bahkan aku sudah lupa kapan terakhir aku jatuh cinta. Seorang detektif sepertiku tidak memiliki waktu untuk mencintai seseorang,mungkin yang dimaksud adalah bercinta dengan kasus-kasusku. Musim semi ini aku memutuskan mengambil cuti satu minggu. Aku benar-benar ingin merasakan arti musim semi yang sebenarnya,seperti aku bermusim semi bersama keluargaku 8 tahun yang lalu.

“Alex,ku tunggu kau pukul delapan tepat di halte.”

“Terserahmu,aku akan kesana lebih cepat daripada seorang detektif,” jawabnya sambil meringis diseberang telpon.

“Baiklah,dasar barista tampan,” mereka tertawa kecil.

Mereka tiba di Vondelpark. Tempat seorang Stephani menghabiskan musim seminya 8 tahun yang lalu bersama keluarga. Alex dan Stephani bersepeda menyusuri setiap sudut taman yang kini sedang ramai dikunjungi banyak orang.

Sungguh,aku senang hari ini. Inilah musim semi yang sama seperti 8 tahun yang lalu. Musim semi yang benar-benar aku inginkan. Entah kenapa,aku merasakan semua ini berjalan dengan kebahagiaan yang sama dengan 8 tahun yang lalu. Kurasa tak ada yang berubah dengan tempat ini. Apa yang membuatnya berubah aku juga tak tau,pikir Stephani.

Jantungku seakan berhenti berdegup ketika senyum-senyum itu dia lontarkan. Ini tak sama dengan dugaanku. Awalnya aku berteman dengannya hanya untuk memulai hari sebagai seorang pria baik. Namun,rencana itu seakan digagalkannya. Ternyata dia mau berteman denganku. Menjadi sahabatku. Kukira hanya Melky yang mau. Karena hanya Melky yang setia menemaniku selama ini,Alex menggumam dalam hati.

Mata Stephani berbinar seperti anak kecil ketika dia melihat ada penjual gula-gula. Dia langsung berlari kearah penjual itu. Namun,kepalanya seakan berputar hebat. Kedua kakinya tak kuat untuk berdiri lagi apalagi berlari. Pagi itu seketika menjadi malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun