Mohon tunggu...
jefry Daik
jefry Daik Mohon Tunggu... Guru - seorang laki - laki kelahiran tahun 1987

pernah menjadi guru pernah menjadi penjual kue pernah menjadi penjual tahu pernah menjadi penjual Nasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jiayou, My Love

14 Februari 2020   13:32 Diperbarui: 14 Februari 2020   13:27 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siapa ? mengapa? Untuk apa? Bagimana?

Sejuta Tanya membludak di otakku. Apakah isteriku yang menularkannya? Atau aku? Lalu siapa? Selama ini aku menitip Jiayou kepada mertuaku. Apalagi isteriku tak tega ku tinggalkan sendirian. Siapa di dalam rumah yang telah mengakhibatkan puteriku terjangkit virus jahanam ini?!

"Argggh," teriakku geram

Orang dewasa saja ada yang bisa meninggal ditempat. Bagaimana dengan puteriku? Apa dia masih bisa bertahan? Berapa lama lagi? Oh Tuhan....

"aku tidak menularkannya, aku sangat menjaga puteri kita. Makanannya, minumannya, semuanya steril, aku sudah melakukan yang terbaik yang bisa aku berikan untuk melindungi buah hati kita..." Lin -- lin berusaha menjelaskan kepadaku

"LALU MENGAPA?!" aku membentak sambil meninju tembok disekitarku dengan penuh emosi.

"aku ti...tidak tahu...pah....aku...AKU TIDAK TAHU!!SEMUA INI SALAHKU, SEMUA INI SALAHKU," Lin-lin mulai menyalahkan dirinya dan menghantamkan kepalanya ke dinding papan informasi.  

Entah mengapa akupun ikut menangis secara tiba -- tiba. Lalu kamipun berpelukan. Aku tidak peduli lagi dengan darah yang mengucur di kepalan tanganku atau di dahi isteriku, kami menyatu dalam tangis tak berujung. Lalu lama sesudah itu dengan segenap kekuatan yang tersisa kami mendekat ke ruangan tempat dimana anakku diisolasi.

Dari balik diding kaca itulah aku melihat Jiayou bergerak. Dia tersenyum dan membuka tangannya lebar -- lebar. Aku bisa merasakan betapa rindunya bayi kepada kami. Kami saling mengulurkan tangan dengan hati yang pedih.

Mengapa ? mengapa Aku tidak bisa memeluknya?

Tak terasa airmata ini lebih derasa lagi mengalir. Ada rasa sakit tak terkira yang menyerang dada ini. Hatiku seolah terbelah dua. Jantungku melambat dan kakiku mendadak keram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun