Selamat datang di Pacitan, kabupaten di ujung selatan Jawa Timur yang selama ini diam-diam menyembunyikan keajaiban.
Ya, kota kecil yang sering dipandang sebelah mata ini ternyata menyimpan sesuatu yang bisa membuat Bali minder, membuat Jogja cemburu, bahkan membuat Amazon di Amerika Latin bertanya-tanya, "Siapa yang meniru saya di belahan dunia lain ini?"
Salah satu masterpiece alam Pacitan adalah Sungai Maron. Jangan remehkan namanya yang terdengar sederhana, karena begitu Anda menyusuri aliran airnya, Anda akan mendapati diri seolah terjebak di antara dunia nyata dan film dokumenter National Geographic.
Bayangkan sungai dengan air hijau kebiruan yang bening seperti kaca, dikelilingi pepohonan rindang yang melambai anggun, seolah sedang berkata, "Hei manusia kota, inilah definisi asli dari kata healing."
Tidak percaya? Silakan datang sendiri. Sungai ini dijuluki "Green Canyon Pacitan" sekaligus "Amazon dari Jawa Timur." Bedanya, di sini Anda tidak akan berjumpa dengan buaya lapar, anaconda, atau pirana. Paling banter Anda hanya bersaing dengan wisatawan lain untuk mendapatkan spot foto terbaik.
Petualangan dimulai di Pantai Ngiroboyo, tempat Anda akan dipakaikan pelampung dengan khidmat, bukan karena sungainya berbahaya, tapi karena keamanan itu penting, meski kadang kita lebih sibuk mengejar foto estetik.
 Lalu, dengan perahu sederhana, Anda akan dibawa menyusuri sungai sepanjang 4,5 kilometer selama 30-45 menit. Jangan bayangkan bosan; setiap detik perjalanan adalah suguhan panorama yang akan membuat Anda berpikir, "Mengapa saya tidak ke sini dari dulu?"
Dan tunggu sampai Anda menemukan wahana ayunan yang terikat di pohon besar di tepi sungai. Ayunan biasa mungkin terasa membosankan, tapi ayunan dengan ketinggian 20 meter di atas sungai? Itu adalah definisi sahih dari kata epic. Kalau Anda berani naik, siap-siaplah merasa jadi Tarzan versi Jawa, minus kostum dedaunan saja.
Harga untuk semua kemewahan alami ini? Silakan tertawa kecil. Hanya Rp10.000 untuk tiket masuk, dan Rp100.000 untuk sewa perahu berkapasitas lima hingga enam orang. Ya, benar sekali, ini lebih murah daripada kopi artisan di mal Jakarta.
Jadi kalau masih mengeluh mahal, mungkin yang mahal adalah gaya hidup Anda, bukan liburan ini, ya!