Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 54

18 September 2025   14:08 Diperbarui: 18 September 2025   14:08 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Waktu bergulir selayaknya air mengalir dari hulu ke hilir. Orang-orang merajut harapan dan menjahit pencapaian, walau diselingi kusutnya tantangan. Tapi banyak dari mereka tahu, bukankah hidup memang seperti itu.

Widura telah berusia 12 tahun, ia dan teman-temannya telah belajar silat selama satu setengah tahun. Sedangkan kepada Ki Rana, Widura dan Ratri telah berguru selama setahun.

Sekarang adalah hari saatnya kelompok Widura belajar bersama Ki Rana. Ada sesuatu yang baru kali ini. Ki Rana memperkenalkan kertas dan alat tulisnya. Widura, Ratri, Nuanko, Zzaina, dan Bondalika belajar menulis di atas bahan tersebut. Dengan menggunakan bilah bambu yang diruncingkan, setelah mencelup ke tinta, mereka mengguratkan karakter-karakter aksara di kertas.

Pihak kerajaan berusaha memperluas penyebaran kertas kepada para cendekiawan segera setelah raja mengenal kertas. Benda ini diperkenalkan para pedagang yang telah menjelajah negeri dari seberang lautan. Raja Darius ingin rakyatnya menjadi lebih cerdas. Raja pemimpin Kerajaan Semala yang satu ini tidak hanya gigih mengembangkan aspek fisik kerajaannya, tapi juga sisi yang selainnya.

"Guru, ternyata menulis di kertas lebih mudah daripada menulis di rontal," Nuanko menyatakan kesannya yang disetujui oleh teman-teman yang lainnya.

Ki Rana menanggapi komentar anak didiknya itu hanya dengan senyuman lebar dan anggukan kepala. Kelompok murid yang saat ini ada di hadapannya, sekarang jadi makin akrab dibandingkan saat awal kali dipersatukan. Selain itu, Bondalika yang awalnya paling malas belajar, kini lebih rajin. Bagi seorang pengajar, hal ini membahagiakan dirinya.

"Widura, kapan jadinya kamu pergi ke kadipaten?" Ki Rana bertanya saat waktu pembelajaran akan berakhir.

"Saya akan berangkat lusa, guru."

"Kalau begitu, semoga selamat di perjalanan dan sukses di acara Festival Keprajuritan. Sampaikan salam saya untuk Ki Jagabaya gurumu itu."

"Baik, guru. Terima kasih untuk doa dan restunya."

Ketika berjalan pulang bersama dari rumah Ki Rana, Widura dan Ratri membicarakan acara Festival Desa Turi Agung yang mereka ikuti setahun yang lalu. Dalam acara itu ada perlombaan seperti Festival Keprajuritan, hanya saja skalanya lebih kecil. Festival Desa Turi Agung saat ini pastinya lebih meriah, karena desa itu punya fasilitas pemandian umum. Sayangnya Festival Desa Turi Agung tahun ini waktunya berbarengan dengan Festival Keprajuritan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun