Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 51

24 Agustus 2025   10:51 Diperbarui: 30 Agustus 2025   18:09 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua orang itu mendapat tugas masuk terlebih dulu di rumah Ki Sriram. Mereka ditugaskan untuk melumpuhkan para penjaga. Namun ternyata hari ini tugas itu terlalu mudah. Selain penjaga gerbang yang terlelap, mereka mendapati tiga orang yang tertidur di teras rumah dengan beberapa gelas dan botol gerabah yang mengeluarkan bau arak. Dengan bantuan nyala api penerangan yang ada di tiap sudut teras, situasi mudah diketahui tanpa harus mendekat.

"Apakah mungkin penjaga-penjaga ini jadi bekerja seenaknya saat majikan mereka tidak di rumah?" salah seorang perampok bergumam sendiri sehabis mendapati para penjaga itu.

"Sepertinya mereka mabuk," sahut rekannya.

Dua orang ini pun kembali mengirim isyarat semuanya aman terkendali. Sejenak berselang, sejumlah bayangan orang yang mengenakan tutup wajah berloncatan dari sisi atas pagar tembok. Tanpa banyak menimbulkan suara, mereka bergerak memasuki rumah Ki Sriram dengan menghunus senjata. Mereka melangkahi para penjaga yang tertidur karena mabuk.

Bagian dalam rumah suasananya lebih remang-remang dibanding teras. Ini karena di waktu tidur nyala api penerangan yang digunakan hanya satu buah, itupun nyala apinya dibuat kecil.

Ki Roso yang memimpin anak buahnya memasuki rumah mengamati situasi ruangan. Ia mencoba mengenali pintu kamar utama yang biasanya digunakan menyimpan sesuatu yang berharga. Menurut pengamatan Ki Roso, ruangan ini memang luas. Tapi sepertinya ada yang aneh. Semua perabotan diletakkan di pinggir ruangan, menyisakan ruang kosong di tengah.

Sebuah pintu tiba-tiba terbuka. Seseorang dengan penampilan gagah keluar melewati pintu itu. Walau penerangan sangat minim, pakaian yang digunakan orang tersebut masih bisa dikenali. Orang itu mengenakan pakaian prajurit kadipaten. Orang itu adalah Ki Datok.

Ki Roso tidak menyangka kalau ia saat ini berhadapan dengan seorang perwira yang selama ini berhasil ia kecoh. Dalam kurun waktu belakangan ia dan gerombolannya selalu cepat dalam beraksi dan langsung kabur dari lokasi. Sekarang bagaimana bisa orang ini sudah berdiri di hadapannya, bahkan sebelum ia beraksi.

"Setelah aku tunggu-tunggu, akhirnya kalian datang juga," Ki Datok berkata tenang sambil melangkah mendekati orang yang menutupi wajah di hadapannya, sedangkan tangannya menggenggam sebilah tombak pendek.

Walaupun wajah orang itu tertutup kain hitam, hanya menyisakan mata, seseorang yang berpengalaman seperti Ki Datok bisa menerka kalau sosok tersebut adalah seorang pemimpin. Ki Datok lalu memandang kepada seseorang yang berdiri agak di belakang orang yang pertama. Firasatnya berkata kalau orang yang ini juga seorang pimpinan. Pandangan mata dua orang ini memancarkan ketegasan dan sedikit kekhawatiran.

"Aku tidak tahu yang mana, tapi seharusnya kalian berdua inilah yang punya nama Ki Roso dan Ki Warkes. Bukan begitu?" Ki Datok kembali berkata dengan tenang dengan sedikit tersenyum penuh keyakinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun