Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 49

12 Agustus 2025   13:55 Diperbarui: 18 Agustus 2025   14:10 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Kemudian Ki Jeri segera kembali ke pelataran kedai kembali berkumpul bersama yang lainnya. Pikirannya sudah lebih lega. Dengan tambahan tenaga dari Ki Soros, ia yakin dengan rencananya. Urusan uang jasa, nanti bisa dibicarakan.

"Kok baru kembali, Ki?" Vikra bertanya setelah Ki Jeri duduk di tempatnya.

Pandangan Ki Sriram juga penuh tanya ke arah Ki Jeri. Tapi ia diam saja karena ia menebak adanya kemungkinan bawahannya yang satu ini sedang merencanakan sesuatu. Sebab raut wajahnya seolah lebih tenang dari sebelumnya.

"Aduh, nggak enak membicarakannya saat sedang makan. Hehe."

Yang lainnya jadi tertawa mendengar jawaban Ki Jeri. Sementara Ki Sriram jadi meragukan tebakannya. Walau begitu, kesemuanya lanjut menikmati hidangan sambil berbincang santai. Sampai melewati tengah hari, rombongan yang kini berjumlah lima orang itu meninggalkan kedai.

Memasuki jalanan di desa, Ki Jeri berinisiatif memimpin rombongan. Ia menempatkan kudanya di bagian terdepan. Ki Jeri menjalankan kudanya secara perlahan sambil mengamati suasana di desa. Beberapa warga yang melakukan aktifitas di halaman depan rumah ia sapa. Di barisan belakang, Ki Sriram dan Ki Wacik merasa heran, tidak biasanya Ki Jeri berperilaku seramah ini kepada orang yang belum ia kenal. Ki Jeri memang bukan orang yang judes, tapi biasanya tidak seramah ini juga.

Meninggalkan lingkungan pemukiman, rombongan ini memasuki wilayah persawahan dan perkebunan milik warga. Sesekali mereka berpapasan dengan pelintas jalan lainnya. Kali ini kuda mereka melangkah lebih cepat dari sebelumnya. Tapi masih termasuk perjalanan yang lambat. Sekali dua kali ketika ada sesuatu yang menarik mereka saling bertukar ucapan.

Saat tiba di wilayah yang lahannya tidak diolah warga, kondisi jalan penghubung antar desa semakin sepi. Kuda-kuda pun dipacu sedikit lebih cepat. Sampai akhirnya rombongan itu mendekati sebuah hutan yang tidak terlalu luas. Di sisi jalan ada sebuah pohon yang kehilangan semua daunnya. Sebagian besar kayunya terbakar. Namun tumbuhan dan semak di sekitarnya tumbuh dengan baik. Pohon itu terbakar karena tersambar petir.

"Kita berhenti sejenak di sini!" Ki Jeri tiba-tiba berseru sambil mengangkat tangannya.

"Ada apa, Ki Jeri?" Ki Sriram bertanya. Sementara yang lainnya juga memandang Ki Jeri dengan penuh kebingungan.

"Maaf Tuan, saya curiga ada sesuatu yang tidak semestinya di depan sana," Ki Jeri memandang ke arah jalan yang menembus pepohonan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun