"Ah, yang benar saja? Jangan menakut-nakuti," Murti mempertanyakan pemikiran Widura.
Widura kemudian menjabarkan pemikirannya dan menunjukkan berbagai informasi yang ia ketahui kepada semua temannya tersebut. Potongan-potongan informasi itu bila disambungkan, memunculkan kemungkinan yang sangat besar. Dan setelah mendengar penjelasan Widura, yang lainnya manggut-manggut dengan kening yang berkerut. Keraguan mereka saat ini lebih menipis daripada sebelumnya.
"Sebaiknya kita coba menelusuri jejak-jejak ini, tapi kita harus lebih hati-hati," usul Widura.
"Ya, kamu benar. Kalau begitu bagaimana kalau kamu yang menelusuri jejak, sedangkan kami yang lain memantau kondisi di sekeliling kita," usul Sogol kepada Widura.
"Usul yang bagus," jawab Widura segera. "Ayo kita mulai!"
Empat anak ini membagi tugas. Widura fokus menelusuri jejak di tanah, sedangkan Sogol, Murti, dan Ratri memantau sekeliling. Mereka memasang pendengaran dan pengelihatan dengan lebih waspada.
Sayup-sayup suara aliran air terdengar. Jejak-jejak itu membawa mereka mendekati suatu aliran air yang sepertinya tidak terlalu besar.
"Ada suara aliran air. Sepertinya mereka memilih tempat berkumpul yang dekat dengan sumber air," ucap Ratri perlahan.
Tiga teman yang lain mengangguk setuju. Setelah saling bertukar pandang, tanpa diperintah, mereka semakin meningkatkan kewaspadaan dan melanjutkan penelusuran. Empat anak ini semakin mendekati sumber suara aliran air.
"Sst, tahan," bisik Ratri kepada yang lain sambil memberi isyarat berhenti. "Coba dengarkan samar-samar suara percakapan di depan."
Tiga anak yang lain berhenti melangkah dan mencoba memfokuskan pendengaran. Di antara suara gemericik air, suara serangga hutan, dan gesekan dedaunan yang tertiup angin, samar terdengar suara percakapan. Suara itu naik turun seiring tiupan angin di sela pepohonan. Selain percakapan, terdengar pula suara tertawa.