Memaafkan di hari Lebaran bisa menjadi sulit jika luka yang dirasakan terlalu dalam.
Lebaran adalah momen penuh kehangatan, di mana keluarga berkumpul, saling bermaafan, dan merajut kembali silaturahmi yang mungkin sempat renggang.Â
Dalam tradisi masyarakat kita, ucapan "mohon maaf lahir dan batin" seakan menjadi mantra sakral yang diulang-ulang, berharap segala kesalahan di masa lalu dapat dilebur dalam ketulusan.Â
Namun, bagaimana jika luka yang tertinggal terlalu dalam?Â
Bagaimana jika maaf terasa begitu sulit diucapkan?
Memaafkan Bukan Sekadar Formalitas
Sering kali, kita diajarkan bahwa memaafkan adalah tindakan mulia.Â
Bahkan, dalam ajaran agama dan nilai-nilai sosial, memaafkan dianggap sebagai tanda kebesaran hati.Â
Namun, kenyataannya, tidak semua orang bisa dengan mudah memaafkan, terutama jika luka yang ditinggalkan begitu dalam dan menyakitkan.
Maaf bukanlah sekadar ucapan, tetapi juga proses emosional yang melibatkan hati dan pikiran.Â
Ada yang mampu dengan cepat mengikhlaskan dan melanjutkan hidup, tetapi ada pula yang butuh waktu lebih lama untuk berdamai dengan rasa sakit.Â
Memaafkan secara paksa, hanya demi mengikuti tradisi atau tuntutan sosial, bisa menjadi beban yang justru memperparah luka.