Tak jarang, wajik juga dijadikan sebagai oleh-oleh bagi kerabat yang berkunjung, sebagai simbol berbagi kebahagiaan dan keberkahan.
Sepotong Wajik, Sepotong Kenangan
Kini, nenek sudah tiada, tetapi tradisi membuat wajik tetap kami pertahankan. Setiap lebaran, ibu dan saya melanjutkan kebiasaan memasak wajik dengan resep yang diwariskan nenek.Â
Saat mengaduk adonan di atas tungku kayu bakar, saya merasa seperti kembali ke masa kecil, mendengar suara lembut nenek memberi petunjuk.Â
Meskipun kini sudah menggunakan kompor gas dan peralatan yang lebih modern, saya tetap memasak dengan menggunakan tungku kayu bakar alami dengan rasa wajik buatan keluarga kami tetap sama: manis, legit, dan penuh cinta.
Wajik bukan sekadar makanan, tetapi bagian dari perjalanan hidup yang penuh makna.Â
Dalam setiap potongannya, tersimpan kenangan, tradisi, dan kehangatan keluarga yang terus mengalir dari generasi ke generasi.Â
Idul Fitri tak lengkap tanpa kehadiran wajik di meja makan, sebagaimana kebersamaan keluarga yang selalu menemani dalam setiap perayaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI