Mendengar teriakan itu, Adipati Bambang pecah kosentrasinya. Akibatnya, dua serangan lawan lolos dari pertahananya.
" Bret... Bret... "
" Uuh... !"
Dua cakaran tangan beracun Kelabang Merah berhasil merobek pakaian dan dadanya. Satu lagi tangan kanan yang memegang keris pun terluka.
Adipati Bambang spontan mengeluh menahan sakit. Karena luka cakaran beracun itu seketika membakar tubuhnya. Panasnya bukan kepalang.
Membuat kepalanya pusing dan kuda-kudanya goyah.
Adipati Bambang Suwalapati menggembor murka. Meski bagian tubuhnya terasa mulai kaku, ia tetap nekat melentingkan tubuhnya ke arah penawan anaknya.
Melenting ke arah jurang sambil melontarkan keris sebagai usaha terakhir menyelamatkan anaknya.
" Manusia keji... Hiaaa... Syuuut... "
" Awas... !"
Selarik cahaya melesat ke arah penawan  Bambang Jatmika, di susuli oleh sang pimpinan pencegat berteriak memeringatkan anak buahnya sambil melontarkan goloknya, diikuti keempat anak buahnya masing-masing.
" Sing... Sing... Sing... Sing... Sing "
Suara deru keris mengaung mengincar nyawa penawan yang terkejut dan gugup. Â Sambil berusaha menghindar lontaran keris, ia masih sempat melontarkan tubuh Bambang Jatmika ke arah jurang.
Dalam gugup terlintas keputusan satu lawan satu atau impas sudah.