Senja, Aku, Kamu, dan Cinta
Senja kering nir getir
Meski angin dingin menyisip di antara bilah bambu yang berderik gesek rengas
Memang hujan alpa menyapa telah sekian lama
Rinai gerimis pun tak hadir menyemai kelu yang menggantung resah
Namun begitu keringnya musim ini
Aku masih senantiasa menyemai kuncup cintaku di balik bayangan senja yang berlari mengejar cakrawala
Senja kekasih
Kering dan berdebu membakari Agustus yang melirih lambat
Bergeser berkeriut di langkan jendela yang sudah kehabisan pelumas
Memantulkan cahya berpendar menerpa kacanya yang telah buram kusam
Namun begitu ngelangutnya hari siang yang dicambuki oleh panas
Aku yang terbingkai oleh senja
Percayalah!
Aku, masih punya kesejukan hati
Aku masih memiliki kehangatan dekap
Aku pun masih memiliki laksaan rindu damba
Maka, tak berkurang rasa asmaraku
Jika aku ucapkan
" Salam senja kekasih "
Aku adalah tempat berlabuhnya rindumu
Seperti bayangan sepasang kekasih dimanja sinar rembulan, kali ini!
Kamu, adalah bias langit yang jingga menggoda
Meski musim kering namun hangat terasa
Dalam pelukmu
Dalam dekapmu
Tak perduli lagi, walau musim tak berganti
Keringnya hari adalah melodi
Sepinya malam adalah mengenang memori
Kamu memerangkap gelisah hati dalam damba gairah nyala
Cinta, adalah mantra yang membingkai
Senja, Aku, Kamu dalam satu frame yang indah, apa pun latar musim, angin, dan malam bersemi gemintang
Karena senja, aku, kamu dan cinta adalah rantai ikatan tak putus
Dalam derai sinar rembulan kemasan dan kesyahduan asmara suatu ketika!
Salam Senja
----------
JAGAT ALIT