Mohon tunggu...
Rizki Sari Wahni Lubis
Rizki Sari Wahni Lubis Mohon Tunggu... -

| Freelancer | Social Worker | Mandarin Teacher | Content Writer | Full Time Daughter, Sister, and a Friend | 📧 izkielubis@ymail.com | Ig: @izkielubis | "Menulislah, tinggalkan jejak untuk dikenang" |

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fiksi Mini | Terima Kasih Karena Kau (Tidak) Mencintaiku

8 Agustus 2018   10:34 Diperbarui: 8 Agustus 2018   10:51 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.investingbb.com

Setahun sudah aku dekat dengan seorang pria yang juga rekan kerjaku di kantor. Awal kedekatan kami sederhana, teman-teman selalu menjodohkan aku dengannya. Akupun mulai melirik ke arahnya. Yeah, sepertinya aku tertarik dengan pria itu.

Perlahan tapi pasti kami sering jalan bersama. Makan, nonton film, keluar disaat akhir pecan dan semua kegiatan yang biasanya rutin dilakukan oleh sepasang kekasih.  Hanya sayang tidak ada kejelasan untuk hubungan itu, hubungan antara aku dan dia. Tapi yang jelas aku nyaman dekat dengannya.

Suatu hari ku beranikan diri menanyakan padanya apa arti dari semua yang telah kami lakukan bersama. Berbeda denganku yang berharap hubungan ini akan melangkah ke jenjang yang lebih serius, dia malah menjawab dengan enteng jika kami hanyalah teman, dan tidak lebih dari itu. Dia sudah di jodohkan oleh orangtuanya jauh sebelum merantau ke ibukota.

Mendengar ceritanya berasa seperti diri ini dilempar oleh bongkahan batu besar, sakit, marah, kesal, kecewa, ingin melawan keadaan namun tidak berdaya, aku lemah. Aku seperti orang bodoh di dunia yang mau jalan dengan pria yang tidak jelas hanya untuk melengkapi harinya yang kosong. Hal yang bisa aku lakukan saat itu hanyalah move on.

Butuh waktu empat bulan bagiku untuk benar-benar melupakannya. Dua minggu setelah kejadian itu aku memilih resign dari kantor demi suasana baru agar bisa cepat melupakannya. Terkesan sepele memang, tapi bila kau pernah patah hati, mungkin kau mengerti apa rasanya.

***

Hari ini aku akan melangsungkan pernikahanku dengan seorang pria yang tulus mencintaiku. Berkenalan dalam waktu yang relatif singkat, aku mimintanya untuk langsung menikahiku jika ingin serius denganku. Tanpa berpikir panjang, dia pun setuju.

Dia pria bule teman bos di tempat kerjaku yang baru. Katanya, dia mulai memperhatikanku saat dia sedang ada proyek di Indonesia dan sedang berkunjung ke kantor ku. Saat itu dia melihat jika aku terlalu cuek dengan pria, dan dia senang dengan tipe wanita seperti itu. Padahal setahuku, saat itu aku sedang patah hati.   

Terkadang, ada kalanya kita tidak mengutuk patah hati. Sebab bisa jadi, setelahnya akan datang cinta sejati. (Izkie Lubis)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun