Mohon tunggu...
Izaura Rumzia
Izaura Rumzia Mohon Tunggu... Mahasiswi

Saya Izaura Rumzia sebagai mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Nasional dengan minat khusus di bidang Public Relations. Lewat platform ini, saya menyalurkan hobi dalam menulis dan melatih kemampuan berpikir kritis, khususnya dalam penulisan berita dan konten kreatif. Bagi saya, komunikasi bukan hanya soal menyampaikan pesan, tapi juga membangun koneksi yang berdampak. Senang bisa terhubung dan berbagi cerita mari berteman dan tumbuh bersama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melihat Inovasi Jualan Kopi Keliling Ramah Lingkungan dengan Sepeda Listrik

30 Juli 2025   00:22 Diperbarui: 30 Juli 2025   00:19 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Izaura Rumzia

Teknik Reportase dan Wawancara

Jakarta, 28 Juli 2025

Di tengah suasana urban yang padat di kawasan Kemang Selatan, Jakarta Selatan, sejumlah penjual kopi keliling hadir membawa inovasi baru, menjual kopi menggunakan sepeda listrik. Mereka menyusuri jalanan dengan tenang tanpa suara mesin atau asap kendaraan. Bukan hanya sekadar berjualan, tapi juga menunjukkan bentuk adaptasi pelaku UMKM terhadap isu lingkungan dan kebutuhan mobilitas masa kini.

Penjual kopi keliling umumnya berhenti di titik-titik strategis, seperti pinggir jalan utama, trotoar luas, atau dekat area perkantoran dan pertokoan. Saat pembeli datang, mereka langsung disambut ramah. Pemesanan dilakukan secara langsung dan diproses dengan cepat. "Kebanyakan pelanggan suka pesan yang simpel kayak kopi susu aren. Kalau ada waktu, kita juga suka ngobrol sebentar sambil nyiapin kopi", ujar salah satu penjual kopi keliling. Para penjual ini umumnya mulai mangkal sejak pukul 07.00 pagi hingga sekitar 17.00 sore, tergantung kondisi cuaca dan daya tahan baterai sepeda listrik yang digunakan. Mereka biasanya memilih lokasi yang cukup strategis seperti dekat perkantoran kecil, depan ruko-ruko yang belum buka, atau dekat taman tempat warga biasa jalan pagi. Jam paling ramai terjadi antara pukul 09.00 hingga 11.00, saat banyak orang melakukan aktivitas diluar. Selain itu, momen sore menjelang pulang kantor juga bisa jadi waktu sibuk jika cuaca mendukung.

Penjual kopi keliling ini mengaku paling laris saat ada kumpul komunitas, arisan, hingga syuting iklan atau konten media yang memang sering berlangsung di area Kemang. Beberapa pelanggan setia bahkan sering memesan lewat pesan SMS dan meminta dikirim ke titik tertentu. "Kalau di depan resto atau kantor lagi rame, kita langsung geser ke situ. Biasanya orang-orang nongkrong, nunggu meeting, atau istirahat siang sambil ngopi. Kadang juga udah biasa diminta standby kalau ada syuting atau event kecil di ruko sekitar," jelas salah satu penjual. Kebiasaan ini menunjukkan bagaimana fleksibilitas dan kepekaan penjual dalam membaca situasi lokal bisa berdampak pada tingkat penjualan mereka. Tanpa perlu sewa lapak atau buka kios, mereka bisa tetap hadir sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat urban yang serba praktis.

Proses transaksi cukup efisien. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau menggunakan dompet digital seperti QRIS. Waktu penyeduhan untuk setiap pesanan rata-rata 3 hingga 5 menit, tergantung jenis minuman yang dipesan. Gerobak kopi mini yang dipasang di depan sepeda berisi perlengkapan lengkap alat manual, es batu, dan beberapa jenis sirup serta topping. Menu dicetak sederhana dan ditampilkan di papan kecil. Selain minuman berbasis espresso dan kopi susu, tersedia juga pilihan minuman non-kopi. Menurut salah satu penjual , semua bahan dipersiapkan dari rumah "Minumannya udah diracik dari rumah, jadi tinggal tambah es batu aja di sini. Es nya disimpan di cooler, ambilnya pakai serokan kecil,"

Mayoritas penjual kopi keliling di kawasan ini mengaku mulai beroperasi sejak tahun 2021, saat pandemi COVID-19 mulai mereda. Mereka melihat peluang dari meningkatnya aktivitas masyarakat di ruang terbuka dan minimnya persaingan kopi jalanan yang fleksibel. "Awalnya cuma coba-coba, karena sepi kerjaan. Eh lama-lama malah jadi penghasilan utama," penjual lain yang biasa mangkal di depan mini market Kemang Selatan. Kini, di tahun 2025, usaha mereka masih bertahan bahkan berkembang. Dalam satu kawasan, bisa ditemukan lebih dari dua penjual kopi keliling yang menggunakan sepeda listrik, terutama pada sore hingga malam hari.

Di sepanjang area Kemang Selatan, jarak antar penjual rata-rata hanya sekitar dua sampai tiga meter, namun tetap terjaga dengan baik. Para penjual saling mengenal dan berbagi informasi mengenai spot yang ramai maupun waktu jualan yang efektif. "Kita saling jaga. Misal ada satu yang udah duluan mangkal, yang lain pindah spot dikit. Nggak pernah ribut-ribut, malah sering tukeran info," ujar salah satu penjual. Yang membuat usaha ini menarik adalah kombinasi antara desain gerobak minimalis dan konsep ramah lingkungan. Sepeda listrik digunakan sebagai alternatif kendaraan bermotor, sehingga tidak menimbulkan polusi udara maupun suara. Beberapa gerobak memiliki branding unik. Ada yang mengecat sepedanya dengan warna pastel dan menempelkan kutipan-kutipan lucu di body gerobak. Dari sisi menu, mereka menawarkan variasi rasa lokal dan juga varian kekinian seperti coffee cream brulee atau kopi susu pandan.

Meski terlihat praktis dan efisien, para penjual mengakui adanya kendala yang cukup sering dihadapi. Salah satunya adalah daya baterai sepeda listrik yang terbatas. "Sekali cas bisa buat keliling sekitar 30 kilometer. Kalau lupa cas, ya dorong sepedanya," kata salah satu penjual sambil tertawa. Cuaca juga menjadi kendala utama, terutama saat hujan atau angin kencang. Selain itu, keterbatasan tempat berteduh kadang memaksa mereka berhenti lebih awal. Hingga kini, para pelaku usaha mengaku belum pernah mengalami pungli atau gangguan dari pihak tidak bertanggung jawab. Selama menjaga ketertiban dan tidak mengganggu lalu lintas, mereka merasa cukup aman beroperasi di wilayah ini. "Selama kita sopan dan nggak bikin macet, semua aman-aman aja. Belum pernah ada yang minta setoran"

Inovasi jualan kopi keliling dengan sepeda listrik bukan hanya menjawab kebutuhan akan mobilitas dan efisiensi, tetapi juga membawa semangat keberlanjutan di tengah kota besar. Dengan pendekatan sederhana namun berdampak, mereka membuktikan bahwa pelaku UMKM bisa tetap kreatif, adaptif, dan tetap relevan di tengah perubahan zaman. Kawasan Kemang Selatan tak hanya menjadi ruang lalu lalang kendaraan, tapi juga ruang lahirnya gagasan baru dari secangkir kopi, sepeda tanpa asap, dan semangat anak-anak muda yang terus mengayuh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun