Mohon tunggu...
Iwan Hendrawan
Iwan Hendrawan Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Amatir

Selalu ada jalan kembali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Penghujung Musim Kering

5 Januari 2024   04:12 Diperbarui: 5 Januari 2024   04:13 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menjadi ketergantungan itu tidak mengenakkan. Ya ! Bagaimana tidak, jika tempat bergantung itu pergi meninggalkan. Sudah pasti akan pusing seribu keliling.

Seperti sekarang hidupku, penuh dengan ketergantungan. Hal-hal yang terkecil dalam kehidupanku penuh ketergantungan. Ketergantungan dengan listrik pemerintah untuk penerangan di rumahku. Ketergantungan dengan gas untuk memasak Emak. Ketergantungan dengan beras untuk makan kami sekeluarga. Ketergantungan pulsa untuk mengisi kuota handphone yang tidak lepas dari keseharian, dan juga Abah yang ketergantungan, tidak bisa lepas dari rokoknya.

Tidak terkecuali dengan Si Jalu, selalu bergantung dengan rumput untuk sarapannya.

Musim kering terasa lama. Tak mengijinkan lagi rumput untuk tumbuh di kampung ini. Semua tumbuhan kering dan sumur-sumur sumber air pun garing.

Rumput inipun yang menahanku tetap di kampung. Aku harus mencarinya demi kelangsungan hidup Si Jalu dan keluarganya.

Kebanyakan kaum muda dan bahkan tua sudah lama urban mencari penghasilan di kota, sambil menunggu hujan turun lagi. Jika hujan sudah membawa musimnya ke kampung. Mereka pun akan pulang, dan sawah akan Kembali menjadi ramai laron petani penggarap.

Hal lain yang membuatku tetap di kampung yaitu karena Abah. Jika Abah sudah meminta terasa sebagai titah raja yang tidak sanggup aku menolaknya. Eh ! tepatnya tidak tega menolak permintaan Abah.  Abah meminta agar aku merawat dan memenuhi kebutuhan Si Jalu dan keluarganya, selama Abah menjalani pengobatan atas sakitnya yang telah lama di deritanya.

***

Mencari rumput buat Si Jalu dan keluarganya, bukan perkara mudah musim ini. Harus berjuang untuk mencarinya. Di mana rumput-rumputa dan tumbuhan habis di telan bumi, yang tersisa pohon-pohon berbatang besar gundul tak berdaun. Rumput kini  menjadi harta berharga untukku dan warga lain yang memiliki ternak.

Sulit sekali untuk mencari rumput terakhir yang tumbuh di musim ini. Mudah-mudahan masih ada rumput dari sisa musim hujan yang terakhir turun lima bulan yang lalu.

Aku harus mencari rumput agah jauh ke dalam hutan, di sisi-sisi Sungai, kalau mungkin sampai menembus liang tanah terdalam, bahkan di tepi jurang yang curam. Semua kelakukan demi keberlangsungan hidup Si Jalu dan keluarganya. Sebenarnya untuk keberlangsungan keluargaku juga.

Pada musin yang tak sebijipun padi yang tumbuh. Sawah berbelah-belah kekeringan mulai ditinggalkan penggarapnnya. Aku dan keluarga bisa sedikit bangga. Si Jalu jadi tumpuan hidup aku dan keluarga untuk bisa tetap hidup, diantara para petani penggarap di kampungku. Jika sudah tidak ada bahan makanan lagi di rumah. Salah satu anggota keluarga Si Jalu dapat dijual. Lumayan untuk hidup sebulan, syukur-syukur bisa sampai dua bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun