Untuk: Ismail
Dengan stik pisang alot dan sambal roa dingin
Kubujuk malam tak turun di hatimu yangÂ
Kacau sejak sedu ibu tersayangmu di ujung teleponÂ
Memintamu pulang ke rumah membawa maaf
Agar reda murka ayahmu ustaz
Apa susahnya menipu maaf itu sepertiÂ
Kebiasaanmu menenggak cap tikus seseloki lagiÂ
Sehabis bibirmu berbual ini yang terakhirÂ
Sementara wajahmu hitam sara baraÂ
Berat kau bilang ibumu pingsan bila kau terus terangÂ
Kabur oleh sebab suaminya tuan bermata buta dari Â
Melihat di pondoknya orang menilap mamon ke saku celana
Mereka yang bersih baju kokonya putih tapiÂ
Gagal sekolahkan kelamin mereka berhasil mengecupÂ
Wangi kencur kekasih remajamu kala senja meremang Â
Padahal susu kembarnya baru belajar tumbuh
Galau hatimu menjadi ribuan petani cap tikusÂ
Yang dituduh kriminal oleh undang-undang Â
Didihkan saguer di hutan-hutan pohong sekoÂ
Warisan opa-opa mereka ratusan tahun laluÂ
Yang tokokkan daya sebelum cangkul tanah mereka
Yang biking riang sore-sore di beranda rumah mereka Â
Mulutmu menyeringai matamu kosong menatap Â
Air laut di ujung matamu lembut berayun kilaunya genitÂ
Merayu bulan yang menggantung di atas langit hitam
Seketika suara tawamu pecah berkata, mari jo pulang
Percuma pisahkan sepasang cinta yang bodong dan bodohÂ
Torang mampir beli dua botol akua dolo, katamu  Â
Satu untukmu satu untukkuÂ
 Â
Itasiregar/25nov21