Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Naftali [8]

7 Oktober 2022   10:47 Diperbarui: 7 Oktober 2022   11:29 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pramugari membagikan air mineral ukuran gelas bermerek sama dengan penerbangan kepada semua penumpang. Seketika perutku merana. Aku ingat hanya sarapan susu dingin dan dua keping kukis bertabur butir-butir cokelat pagi tadi. Bapak yang duduk di sampingku, seolah membaca pikiran atau mungkin mendengar perutku berbunyi keroncongan, memberitahuku bahwa sebentar lagi pramugari akan menawarkan makanan-minuman untuk dibeli. Daftarnya di sini, ujarnya sambil menunjukkan katalog di kantong belakang kursi depan. Aku mengangguk dan berterima kasih. Dia memberitahuku seakan-akan aku tidak tahu segala sesuatu, tetapi aku mengaku baru tahu informasi yang dia katakan tadi. Aku membeli nasi lemak, brownies, air mineral. Tetanggaku memesan secangkir kopi, tetapi segera jatuh tertidur dan ketika bangun kopi sudah dingin.

Bandara Hang Nadim. Si Ibu Berkerudung Biru berjalan cepat dan dikerumuni penjemput atau penggemarnya, antara dua itulah. Aku menuju meja informasi, berkata kepada petugas berseragam putih bahwa aku akan menyeberang ke Singapura. Petugas itu mengangguk, berdiri lalu tangannya menunjuk ke deretan taksi, dan menyebutkan Batam Center Seaport tujuanku dan ongkos tujuh puluh lima ribu. 

Hujan deras waktu itu. Udara segar. Pertama kali ke Batam. Taksi melewati jalan lurus beraspal dengan tanah gembur kemerahan di kiri-kanannya, belum ditanami apa-apa. Hujan reda saat taksi  berhenti di plang bertuliskan seaport. Cuaca mendadak terang. Sopir bertanya tujuanku sambil menerima ongkos dariku. Singapura, jawabku. 

"Di Singapur sudah ada yang jemput?" tanyanya dengan wajah khawatir. 

"Ada, Pak."  

"Bagus. Hati-hati saja. Jangan terima barang atau makanan-minuman dari orang tak dikenal," katanya.

Aku mengangguk, tersenyum, membuka pintu, dan menarik ransel. Sopir itu mematikan mesin dan ikut membuka pintu, melihat ke arah kantor seaport di bawah sana, lalu memandangku. 

"Penjualan tiket di sana. Lantai dua. Ada tangga naik, persis di ujung eskalator. Perhatikan jadwal  keberangkatan dan nama feri. Jangan salah naik! " ujarnya dengan suara keras,  memastikan aku mendengar setiap kata yang diucapkannya. 

Aku mengangguk beberapa kali sambil menatap matanya, terkesan dengan perhatian ekstranya kepadaku, yang memastikan bahwa aku akan berhati-hati. Akhirnya dia mengangguk, seperti yakin. Dan setiba di mulut pelabuhan aku menengok ke belakang, sopir itu masih berdiri di dekat taksinya, mengangkat tangan dan sedikit menggerakkan dagunya ke atas. Kenapa dia begitu mengkhawatirkan keselamatanku? Apakah dia suamiku atau ayahku atau saudara laki-lakiku, di kehidupan lalu?

Bagaimanapun, cerita-cerita Niang tentang reinkarnasi, baik-buruk, bahagia-sedih, karma, nirvana, saat liburan di Campuhan, terbawa ke mana saja di kepalaku. Ia tak mengajariku apa-apa, jarang bicara, hanya mengajakku ke mana saja, sembahyang di pura, bikin banten, menari, membaca sajak-sajak doa, meditasi, dan tak pernah bosan menjawab pertanyaan-pertanyaanku.  

Pelabuhan Batam ramai. Wajah-wajah oriental, Melayu, India, bule, berlalu-lalang dengan bola mata berputar-putar tak menentu. Di udara terdengar percakapan berbahasa Cina dan Melayu. Aku berdiri di konter tiket. Kasir di balik kaca adalah perempuan muda Indonesia yang berbicara langgam Melayu kepada pembeli berwajah Melayu dan berbahasa Singlish kepada orang India, Singapura, bule. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun