Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Naftali [3]

4 Oktober 2022   23:00 Diperbarui: 4 Oktober 2022   23:02 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa? Belum pernah melihat tangan sekasar ini?" 

Aku diam, tetapi jemariku mengusap-usap bagian permukaan yang kapalan dengan perasaan yang tak bisa kujelaskan. 

"Saya bekerja dengan tangan ini, Young Lady. Bekerja di puncak heli, mesin-mesin. What do you expect?"

"Jangan katakan itu lagi. Kamu sudah berkata itu kira-kira dua ratus kali," protesku.

"Is it? Siapa suruh menghitung! Sekarang kamu percaya yang saya katakan?"

Boarding. Suasana tenang di pesawat. Setiap orang mengurus diri sendiri. Pesawat akan melayang sekitar empat puluh menit ke depan. Aku melamun di sisi jendela. Langit gelap. Tampak di ujung sana setitik sinar merah, tanda pesawat lain sedang terbang di antara awan. Tiba-tiba Thiru menyentuh lenganku, aku menoleh, membiarkan dia meraih tanganku, mengangkatnya sampai ke bibir dan menghirup udara di sana.


"Bagaimana kita sampai ke hotel, Darling?"

Nah, itu lagi. Jantungku berdentum. Masalah-masalah harga akan belum selesai. 

"Kita dijemput," kataku datar.

"Siapa yang jemput?"

"Petugas hotel."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun