Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Tugas Guru Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti Murid

16 Desember 2022   08:30 Diperbarui: 18 Desember 2022   13:18 2087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Budi Pekerti Murid (Pexels.com/Agung Pandit Wiguna)

Budi pekerti adalah kemampuan kodrat manusia atau individu yang berkaitan dengan bagian biologis dan berperan menentukan karakter seseorang. (Ki Hajar Dewantara)

Wuri adalah seorang murid yang sangat pintar, bersama Winie dan Arif ia ditunjuk untuk mengikuti lomba cerdas cermat mewakili sekolah. 

Pada saat lomba Handa berperan sebagai juru bicara yang berada di tengah. Selama lomba berlangsung, Wuri selalu dengan cepat menekan tombol dan langsung memberikan jawaban. Tanpa mendiskusikan dulu jawaban tersebut dengan Winie dan Arif. 

Hasilnya, jawaban tersebut salah dan tidak mendapatkan nilai. Bahkan, karena beberapa kali menjawab terlalu cepat dan ternyata jawabannya salah. Kelompok Handa mendapatkan hukuman dengan dikurangi nilai. Akhirnya, sekolah Wuri pun menderita kekalahan.

Ibu guru pun mengevaluasi kekalahan tersebut dengan bertanya kepada Wuri, "Mengapa saat menjawab pertanyaan, kamu tidak terlebih dahulu berdiskusi dengan Winie dan Arif untuk memperoleh jawaban yang benar?" Terkesan menyalahkan orang lain, dan mencari kambing hitam. 

Wuri menjawab pertanyaan dari ibu guru, "Mengerti saja tidak mereka tentang soalnya, apalagi memberikan jawaban. Kekalahan ini disebabkan oleh mereka yang sama sekali tidak membantu."

Mendengar jawaban tersebut, barulah ibu guru tersadar bahwa selama ini dia hanya fokus mengajar murid, agar pintar secara kognitif, dan mendapat nilai bagus. Ia lupa untuk memberikan tuntunan dan pendidikan tentang budi pekerti. Bahwa, di dalam kehidupan ini, kita harus bisa menghargai orang lain.

Ilustrasi di atas, saya dapatkan dari Platform Merdeka Mengajar (PMM). Seperti ibu guru dalam ilustrasi di atas. Setelah menyimak materi tentang budi pekerti menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut. Saya juga seperti ikut tersadar. Memang benar, selama ini saya hanya mengajar. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada murid sesuai tuntutan kurikulum. Lupa bahwa murid pun harus dididik budi pekertinya.

Mungkin, bukan hanya saya dan ibu guru dalam ilustrasi di atas yang merasa 'tersadarkan'. Apakah ibu/bapak guru di seluruh Indonesia juga mengalami apa yang saya rasakan? Jika jawabannya, ya. Baca terus artikel ini, Tugas Gurulah Melatih dan Mendidik Kecerdasan Budi Pekerti Murid. Karena, saya akan memberikan tips membangkitkan kecerdasan budi pekerti murid secara seimbang antara biologis dan intelligible.

Refleksi mendidik dan melatih kecerdasan budi pekerti murid

Hal pertama yang harus dilakukan pendidik, setelah mengetahui bahwa budi pekerti pada murid ternyata kondisinya sangat mengkhawatirkan. 

Umpama murid berbicara kasar, berlaku tidak sopan, melakukan perundungan kepada teman, dan lain-lain. Maka, pendidik harus melakukan refleksi diri dengan bertanya kepada kedalaman hati nurani.

"Apakah saya sudah mendidik, melatih, dan menumbuhkan kecerdasan budi pekerti murid?" Bila jawabannya belum, sebagai pendidik kita harus introspeksi diri dan melakukan evaluasi. Jangan-jangan selama ini, kita baru sampai pada tahap mengajar saja di kelas. Hanya menyampaikan materi pelajaran sesuai tuntutan kurikulum, memberikan test, dan mengelola hasil tes. 

Kita terlupa bahwa murid yang kita didik itu terdiri dari jasmani dan rohani. Ada tiga aspek kecerdasan yang harus diasah dan diberikan sentuhan, meliputi daya pikir (kognitif), olah rasa (Apektif), dan olahraga (psikomotor). Agar menjadi manusia yang selamat dan bahagia di masa depan. Maka, kita harus memperhatikan ketiga aspek tersebut.

Hal kedua yang harus kita refleksikan, tanya pada diri kita sendiri adalah, "Apa yang harus saya lakukan untuk mendidik dan melatih kecerdasan budi pekerti murid?" 

Dengan pertanyaan ini, kita sebagai guru sudah mulai berfikir untuk mencari cara, teknik, metode, dan strategi terbaik dalam menyentuh ketiga aspek dalam diri murid.

Setelah menemukan cara dan strategi terbaik, pendidik akan mewujudkan kehendak tersebut dalam tindakan atau karsa. Saat memberikan pelajaran berupa wawasan dan ilmu pengetahuan. Guru akan memberikan nasihat, kisah inspiratif, menegur murid yang berusah mencontek hasil kerja temannya, dan lain-lain.

Cara menumbuhkan budi pekerti murid secara seimbang

Sebenarnya, setiap pendidik memiliki cara-cara tersendiri dalam menanamkan budi pekerti pada murid. Tentu saja disesuaikan dengan latar belakang sosial budaya dari mana murid berasal, selaras dengan keberagaman yang ada pada masing-masing daerah. Jadi, bisa saja strategi yang saya akan bahas di sini, bisa cocok atau tidak cocok dengan hal tersebut.

1. Berikan wawasan dan pengetahuan tentang apa saja yang termasuk nilai-nilai budi pekerti

Bisa dengan cara apa saja, dongeng, menggambar ilustrasi, pantun, puisi, kisah nabi dan rosul, dan lain-lain. Upaya menumbuhkan budi pekerti dalam diri murid, bisa dimulai dari hal atau kebiasaan yang bersifat sederhana, tapi penting. Misalnya, mengucapkan tiga kata ajaib, maaf, terima kasih, dan tolong.

Sebelum murid bisa mengaplikasikan ketiga kata ajaib tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Maka, sebagai guru kita harus membekali mereka dengan wawasan dan pengetahuan tentang tiga kata ajaib, alasan mengapa kata tersebut harus diucapkan, dan apa manfaatnya bagi mereka. 

Dalam menyampaikan materi tentang tiga kata ajaib ini. Beragam cara dan strategi dapat kita terapkan, dari mulai menonton tayangan video tentang film inspiratif, kisah yang disampaikan oleh pendidik, gambar ilustrasi, bernyanyi, dan lain-lain.

Menurut Ki Hajar Dewantara, budi pekerti terbagi ke dalam dua bagian, aspek biologis dan intelligible. Dalam uraian ini saya akan membahas terlebih dahulu terkait intelligible atau kecakapan, keterampilan berfikir,  dan kemampuan menyerap pengetahuan. Dapat berubah karena pengaruh keadaan dan lingkungan, termasuk pendidikan.

Sebagai contoh, murid memiliki kebiasaan yang buruk dalam hal mengkonsumsi makanan, seperti jajan sembarangan. 

Guru memberikan edukasi dan wawasan tentang zat aditif pada makanan, bahaya zat aditif yang ada pada jajanan, dan dampaknya bagi kesehatan di masa depan. 

Setelah mendapatkan wawasan tentang bahaya jajan sembarangan. Maka, murid akan tersadar dan merasa bahwa apa yang ia lakukan selama ini, ternyata salah dan sangat berbahaya.

Dengan demikian aspek intelligible yang ada dalam diri murid telah berubah. Dari asalnya mereka tidak mengetahui, menjadi tahu dan paham akan bahaya dari zat aditif yang ada pada makanan yang sering mereka konsumsi.

2. Tugas guru adalah menyamarkan watak buruk, dan menebalkan watak baik yang ada pada aspek biologis

Seperti telah dipaparkan di atas, bahwa menurut Ki Hajar Dewantara, budi pekerti dibagi ke dalam dua bagian, yakni: aspek biologis dan intelligible. 

Sekarang akan kita bahas mengenai aspek biologis dari budi pekerti, meliputi semua perasaan yang ada pada diri manusia, seperti: senang, bahagia, percaya diri, semangat, kecewa, sedih, malu, takut, dan lain-lain. Semua perasaan tersebut bersifat menetap dalam diri seseorang, dari mulai lahir hingga dewasa, tidak akan berubah dengan pengaruh apapun.

Tugas guru dalam hal ini adalah menebalkan perasaan-perasaan yang baik seperti semangat, percaya diri, berani, gembira, dan lain-lain yang ada dalam diri murid. Dengan begitu, secara otomatis perasaan-perasaan negatif seperti: takut, malu, kecewa, sedih, apatis, dan lain-lain akan tersamarkan.

Misalnya, saat seorang murid merasa takut dan malu untuk tampil di depan kelas. Maka, guru harus bertindak memberikan tuntunan dan pendidikan. Jangan dibiarkan saja, ya. Caranya? 

Berikan wawasan dan pengetahuan kepada mereka, terkait manfaat bisa berbicara di depan kelas, bagaimana cara dan tips menguasai audiens, kalimat apa saja yang harus diucapkan, dan lain-lain. 

Setelah murid mendapatkan pengetahuan tentang berbicara di depan kelas. Maka, rasa semangat, berani, dan percaya diri yang ada dalam diri mereka akan menebal, mengalahkan rasa malu, takut, dan minder. 

3. Evaluasi dan latih bagaimana murid bertindak dalam mengimplementasikan budi pekerti

Tahap ini merupakan fase yang paling penting, bagaimana murid bisa memiliki kehendak dan mau bertindak untuk menampilkan budi pekerti mereka. Jangan sampai, setelah melalui tahap memperoleh wawasan dan pengetahuan. Lalu, mulai sadar dan perasaan positifnya menebal. Ternyata tidak berubah menjadi aksi.

Oleh karena itu, peran guru dalam melatih aksi dari budi pekerti tersebut, serta tidak bosan-bosan memberikan evaluasi sangat penting dan krusial. Karena, apa yang sudah dimulai dengan susah payah. Harus dirawat dan diperhatikan prosesnya, agar hasil yang baik akan datang sesuai harapan.

Hasil dari penerapan budi pekerti murid tersebut, nantinya akan menjadi portofolio bagi nilai sikap murid di dalam rapor pendidikan. 

Bagaimana mereka bisa mengimplementasikan kebhinekaan global dengan cara menumbuhkan sikap toleransi dan saling menghargai, mampu bekerjasama dalam sistem gotong-royong, dan lain-lain.

Aksi nyata mendidik dan melatih kecerdasan budi pekerti murid

Sebenarnya yang paling penting dari semua hal di atas adalah bagaimana guru melakukan aksi nyata. Tidak hanya berdiskusi sana-sini, merencanakan ini-itu, dan lain-lain. Aksi nyatalah yang akan memberikan penjelasan secara gamblang, apakah daya upaya kita sebagai guru telah maksimal dalam melatih, mendidik, dan menumbuhkan budi pekerti murid.

Oleh karena itu, mari sekali lagi kita bertanya ke kedalaman nurani, "Apakah saya mau untuk berubah dan memulai aksi nyata menumbuhkan budi pekerti murid saya, mulai hari ini juga." (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun