Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Berpikirlah Sebelum Bertindak Iseng yang Membahayakan Jiwa

28 Agustus 2022   07:10 Diperbarui: 28 Agustus 2022   07:16 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai bukti bahwa ia telah melakukan tantangan tersebut, Sam menjulurkan lidahnya. Beberapa hari setelah peristiwa tersebut, Sam mengeluhkan kakinya sakit. 

Orang tuanya membawa Sam ke rumah sakit untuk berobat. Dokter yang menangani Sam mengatakan bahwa ada cacing yang menginfeksi saluran otot dan saraf pada kaki Sam. Cacing tersebut biasa ditemukan pada tikus. 

Namun, karena siput tersebut mungkin telah menelan kotoran atau jejak-jejak tikus. Maka, di dalam tubuh siput tersebut ditemukan cacing tersebut.

Dalam waktu tidak lama, setelah pengobatan tersebut Sam mengalami koma dan kelumpuhan pada seluruh tubuhnya. Hingga ia harus menghabiskan hidupnya di kasur dan kursi roda. Bahkan, ibu Sam pun memutuskan untuk berhenti bekerja, demi fokus mengurus Sam.

Setelah berjuang selama beberapa tahun melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya, Sam pun menghembuskan nafas terakhirnya.

Permainan iseng

Di Indonesia pun, kita sering menemukan anak-anak remaja saat di sekolah melakukan tindakan-tindakan iseng. Seperti, menarik mundur kursi temannya ke belakang, saat teman tersebut berdiri membelakangi; menekuk bagian belakang lutut temannya menggunakan lutut dia yang bagian depan, atau memainkan alat tulis hingga melukai selaput mata, dan lain-lain.

Hal-hal iseng tersebut, saat saya masih remaja juga sudah menjadi sebuah kebiasaan yang umum dilakukan. Namun, karena minimnya media informasi, dampak dari hal-hal tersebut tidak pernah terdengar atau dikeluhkan.

Padahal, bisa saja ada korban dari kegiatan tidak bermanfaat tersebut. Tapi, mungkin orang tua dari anak yang menjadi korban itu diam, berupaya melakukan pengobatan dengan cara alami, dan tidak membesar-besarkan masalah. Sehingga, pada jaman dahulu, meski kegiatan iseng dan berbahaya ini sering dilakukan tidak menimbulkan dampak yang signifikan.

Beda lagi dengan jaman sekarang. Saat teknologi dan media sosial sudah menjadi kawan yang sangat akrab. Setiap peristiwa dengan begitu mudah menjadi konsumsi media. Sehingga, beberapa kali saya pernah mendengar dan melihat bagaimana efek dari tindakan iseng tersebut.

Menekuk lutut orang lain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun