"Mas, Pondok Catur sekarang cantik banget pemandangannya!" Kutepuk-tepuk Ayah yang mengemudikan motor di depan.
"Lha mau ke sini apa gimana?" Tanya ayah berteriak dari kaca helmnya.
"Nanti saja, dolan saja dulu!" Balasku.
"Ya sudah! Ayah kembali melajukan motornya setelah sempat memperlambat.
Pondok Catur, adalah salah satu restoran pelopor di Desa Kresek. Restoran ini, berlokasi di daerah persawahan. Pemandangan di sekitarnya secara alami sudah memberi warna tersendiri.
Hamparan sawah yang menghijau, terkadang menguning saat musim panen tiba, dan perbukitan yang terbentang, sungguh  memanjakan pandangan mata.
Perkembangan Desa Kresek demikian pesat, bisa jadi ini pengaruh gentrifikasi dari warga kota yang menjadi investor dan menjalin kemitraan dengan para pemilik lahan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata gentrifikasi adalah imigrasi atau perpindahan penduduk kelas ekonomi menengah ke wilayah kota yang buruk keadaannya atau masih alami, Â yang baru saja diperbaharui dan dipermodern (kbbi-web-id.cdn.ampproject.org)
Selain itu,dilansir dari www.merdeka.com
Gentrifikasi juga bisa diartikan sebagai sebuah proses transformasi kelas sosial atau  lahan kosong di kawasan perkotaan yang dihuni oleh masyarakat kelas bawah berubah menjadi  kawasan kelompok kelas menengah dan menjadi  kawasan komersial sebagai peruntukannya(www.merdeka.com)
Di daerah Kresek yang dulu begitu sepi, kini bermunculan resto alam yang menyuguhkan kuliner beragam berpadu dengan indahnya pemandangan alam.Â
Ada restoran singo langit yang terletak di dekat tempat wisata Grape. Wisata hutan milik perhutani ini juga mulai tertata meski tetap terjaga keasliannya.Â
Restoran seafoodpun ada. Seperti Restoran Jan Enake yang mengambil bahan ikan laut segar dari Pacitan ini memberi sentuhan tersendiri bagi kuliner di daerah Kresek.Â
Sementara restoran yang belum lama berdiri tapi sudah cukup merebut hati pengunjung dan penggemar resto bernuansa alam adalah Warung Papringan.Â
Restoran ini menyediakan menu pedesaan seperti nasi thiwul, ikan bakar dan menu beragam lainnya.Â
Sebelum membahas 2 maestro restoran bernuansa alam yang menjadi sesepuh di Desa Kresek, mungkin kita membahas restoran yang mulai bertumbuh.Â
Tidak jauh dari Jembatan Kresek ada Waroeng Lesung Kresek. Restoran ini menyajikan pemandangan tempat makan di pinggir sungai yang penuh batu-batu besar.Â
Semakin ke atas, ada tempat wisata sekaligus restoran yang sangat nyaman dengan kolam renang di dalamnya.Â
Tempat wisata lembah wilis ini bisa diakses dengan HTM 5 ribu rupiah di hari biasa dan 7 ribu di hari sabtu dan minggu. Jika ingin berenang harus membayar lagi 10 ribu.
Tempat wisata ini relatif nyaman, hening dan adem, sangat cocok untuk healing.Â
Lebih ke atas lagi, tempat wisata sejarah yang fenomenal. Monumen Kresek. Cikal bakal tempat wisata yang memicu pertumbuhan daerah Kresek.Â
Tempat wisata ini sekaligus selalu menjadi pengingat dan pembelajaran peristiwa tragedi berdarah yang terjadi di desa Kresek.Â
Pembunuhan dan pembuangan mayat para tokoh dan ulama yang dilenyapkan oleh G 30 S/ PKI.Â
Kembali ke 2 restoran terlama di Desa Kresek adalah Pondok Catur dan Syam warung Caping Gunung.Â
Restoran caping gunung mempunyai pemandangan alam yang sangat indah.Â
Lokasi yang sangat menguntungkan untuk sebuah resto alam.Â
Di bagian depan, bisa memanjakan pandangan mata dengan hamparan sawah dan perbukitan yang indah.Â
Sementara kolam-kolam ikan buatan dibangun apik dan artistik, sekaligus menjadi tempat penampungan ikan segar yang siap ditangkap saat ada pengunjung yang memesan menu ikan bakar, atau masakan ikan lainnya.Â
Sungai yang mengalir alami, dengan batu-batu besar menjadi pemandangan indah dan nilai plus restoran ini.Â
Saat air melimpah, di sini juga ada wisata tubing.Â
Di tengah lokasi juga dibangun pembibitan anggrek sekaligus display anggrek yang telah berbunga dengan kelopak-kelopaknya yang menakjubkan.Â
Semua jenis anggrek lengkap ada di sini, dari Cattleya, dendobrium, phaleonopsis sampai vanda dengan keindahan dan kelebihannya masing-masing.Â
Pokoknya dijamin betah berada di sini seharian.Â
Berseberangan dengan Caping gunung, ada pondok catur yang terkenal dengan menunya yang beragam, lezat, dan harga relatif murah.Â
Dahulu, pondok catur tempatnya masih sangat sederhana.
 Di situ juga ada beberapa binatang unik yang dipelihara di kandang seperti musang, Kura-kura dan buaya.Â
Tapi kini, pondok catur telah bermetamorfosis menjadi restoran yang tak kalah cantik dengan restoran alam yang ada di sekitarnya.Â
Saat itu ayah memesan bakso dan saya memesan soto. Menu yang sangat biasa, tapi bagi saya selalu berbeda. Karena tiap restoran pasti punya ciri khas yang istimewa.Â
Jujur, saya dan ayah memesan bakso dan soto karena harganya relatif murah.Â
Soto hanya 13 ribu, dan bakso hanya 8 ribu. Tentu membuat penasaran harga segitu di restoran yang terlihat tak biasa.Â
Ternyata saat dihidangkan, baksonya enak. Terasa sangat murah dibanding harga yang diberikan. Ojo dibanding-bandingke... Eh. Hehehe..Â
Bakso daging sapi yang terasa dagingnya. Sungguh bukan ingin membanding-bandingkan. Bahkan bakso biasa di tempat lain ada yang dibandrol di atas 10 ribu.Â
Sedang sotonya juga lezat. Soto yang dimasak dengan serius dan sungguh-sungguh. Kuahnya kental dengan bumbu yang terasa rempahnya tapi balance.
Benar-benar berasa menikmati soto istimewa. Sayangnya saya lupa memfotonya.Â
Semoga citarasanya dipertahankan, karena keseriusan dan kelezatan masakan di restoran ini menjadi salah satu kekuatan yang membuat resto ini memberikan kesan yang mendalam.Â
Penataan yang artistik, tempat yang lebih nyaman dan luas, dan pelayanan yang baik, sementara harga tetap terjangkau membuat restoran ini terasa wow.Â
Mungkin ini adalah bentuk gentrifikasi yang mulai merambah di Desa Kresek yang dulu terkenal sunyi, mistis dan wingit.Â
Kini daerah ini menjadi tujuan para wisatawan untuk menyegarkan diri dan berekreasi.Â
Potret gentrifikasi yang memberi kemajuan positif dalam suasana alam yang tetap terjaga.
Desa Kresek bisa jadi telah menjadi desa industri kuliner yang cukup bisa diandalkan.Â
Antara tempat wisata dan restoran yang bisa menjadi wisata kuliner saling mendukung dan menguatkan desa ini menjadi Desa yang maju dan berdaya.Â
Pertumbuhan perekonomian juga cukup pesat jika melihat kondisi desa dengan jalan mulus beraspal hotmix, rumah dan tempat usaha yang tertata cantik dan artistik.
Kondisi saat ini membuat daerah ini menyerupai tempat peristirahatan yang nyaman.Â
Pertumbuhan ekonomi sekaligus kebangkitan UMKM yang pulih lebih kuat dan pendukung utama kebangkitan ekonomi yang sempat terpuruk akibat pandemi covid-19.Â
Semoga gentrifikasi tidak merusak alam, budaya dan kehidupan masyarakat pedesaan, tapi justru mendukung tumbuhnya iklim usaha UMKM dan kebangkitan perekonomian yang pulih lebih kuat dan tahan banting.Â
Referensi :
https://kbbi-web-id.cdn.ampproject.org/v/s/kbbi.web.id/gentrifikasi.html?
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-gentrifikasi/150946
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI