Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Soto Tak Biasa

12 November 2022   11:29 Diperbarui: 12 November 2022   16:27 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soto ayam lamongan (DOK.SHUTTERSTOCK/EKSAPEDIA GALLERY)

Mentari murung, hari masih berembun. Aku berboncengan sama suamiku menuju ke pasar. 

"Nanti sarapan nasi pecel saja ya Dek, Kamu kan juga masih malas masak, belum sehat benar! "

"Oke! " Jawabku. 

Ternyata depot pecel langganan tutup. Mungkin karena Sabtu Kliwon. 

Entahlah. Kearifan lokal orang Jawa mungkin, pada hari-hari tertentu pantang berjualan.

 Penjualnya memang sudah agak sepuh, mungkin aroma kejawennya masih kental. 

Kami melanjutkan perjalanan ke pasar, ada beberapa sayur dan lauk yang harus kubeli karena persediaan di kulkas tinggal sedikit. 

Mumpung libur suamiku mengantar belanja. Sambil mampir  untuk keperluan yang tak bisa diceritakan. 

"Sarapan soto saja ya, Dek! Aku sudah lapar, " Suamiku memang tidak tahan lapar. Aku mengiyakan saja. 

"Lho, Pak?" Penjualnya kok lain?" Suamiku tanya pada penjualnya yang segera menengok ke arah kami. 

"Iya, Pak. Biasanya anak saya, tapi hari ini libur, jadi saya yang menggantikan, "

"Oalah, begitu, to? "

"Iya, Pak! "

"Ya, sudah. Nggak papa. Tapi sotonya sama kan? "

"Dijamin sama, Pak. Wong anak-anak juga saya yang mengajari resepnya, "

"Oke! "

"Memangnya bumbunya apa saja Pak? "

"Ya, biasalah bumbu soto. Ada sere, jahe, mrica, kemiri, bawang merah, bawang putih, daun jeruk, salam, lengkuas, kunyit, garam, gula. Pokoknya dimasak agak lama," Jawab Pak Kemal sambil mengaduk-aduk kuah soto. 

Harum aroma soto Lamongan membuatku tak sabar ingin mencicipi. 

Salah satu ciri khas soto lamongan adalah koyanya. 

Koya ini terbuat dari kerupuk udang dan bawang goreng yang dicampur dan dihaluskan, sehingga rasanya gurih. 

Soto Lamongan biasanya terbuat dari ayam kampung, sehingga kaldunya lebih yahud. 

Ayam utuh yang sudah dibersihkan, direbus dalam air yang sudah dibumbui, kemudian direbus sampai empuk, sehingga kaldunya sekaligus menjadi kuah soto bercampur dengan kuah soto yang agak kental dan begitu jelas aroma bumbunya, khas soto lamongan. 

Ayam yang sudah empuk, diangkat dan disuwir-suwir atau diiris-iris untuk kelengkapan soto, di samping ada juga irisan telur rebus, kol iris, soun, sledri, dan daun bawang. 

Soto lamongan warnanya kuning dengan kuah agak kental berbumbu. 

"Putranya kenapa Pak, kok libur jualan? 

" Nganu, istrinya hari ini terbang! "

"Hah, terbang ke mana Pak? Maksudnya pergi? "

"Iya, pergi ke Hongkong. Dipanggil bosnya yang ada di sana, "

"Terus suaminya mengantar? "

"Tidak! "

"Lho, yang pergi kan istrinya, kenapa suaminya yang nggak jualan? "

"Momong anaknya, Pak. Baru 3 tahun. Rewel, nangis terus, tidak mau ditinggal. Biasanya sama ibunya, "

"Oh, kan enak jualan soto, Pak! " Tanya suamiku nyinyir. 

"Mencari duit gede, " Kata pembeli lain yang duduk di meja sebelah. Pak Kemal, penjual soto hanya tertawa, sambil terus membungkus pesanan soto. 

"Kok banyak sekali yang dibungkus,Pak?"Tanya suamiku. 

" Ini mau dijual lagi, Pak! "

"Iya, dulu cuma bawa 2 bungkus, ternyata banyak yang suka, sampai sekarang sudah jadi 10 bungkus, sudah banyak yang pesan! " Penjual sayur keliling yang memesan soto menjelaskan. 

"Owh, layak. Jam 10.00 biasanya sudah habis, " Seloroh suamiku. Soto Lamongan ini memang biasanya jam 10 sudah habis, sejak mangkal jam 06.00 di dekat perempatan. Ada ruang seukuran 3x3 meter persegi dengan 3 bangku dan meja berbentuk U. 

"Uritannya ada, Pak? " Tambahkan buat saya, ya Pak! " Kata suamiku. 

Pak Kemal menyiapkan pesanan. 

"Nasinya sedikit saja, dikurangi, Pak! " Suamiku mendekati penjual soto. 

"Sambalnya mana ini? " Suamiku berteriak lagi. 

"Ini, Pak. Maaf agak keteteran, bukan yang biasanya, jadi agak repot. Teh panas dan jeruk panasnya juga nggak ada Pak. Maaf, tadi belum sempat merebus air. 

"Haduh, terus minum apa ini? "

"Adanya air minum gelasan, "

"Ya sudah, nggak papa! "

"Ada garam, Pak? " 

Suamiku kembali ngeribetin penjualnya, yang tergagap mencari garam. 

Mungkin berpikir, kenapa sotonya kurang garam, biasanya pas di lidah pelanggannya. 

Dia tidak tahu kalau suamiku kebiasaan mencari garam, sekalipun tadi sotonya belum dicicipi, sudah heboh minta tambahan garam. 

"Sayurannya lengkap, Mas? " Pak Kemal bertanya pada pembeli di sebelahku. 

"Lengkap, asal jangan di kasih brambang. Biasanya Mas e sudah hafal! "

"Saya malah tidak pernah memakai brambang, " Kata Pak Kemal bergumam. 

"Nah, kan...! " Tiba-tiba Pembeli di sebelah ku berteriak. 

"Saya sudah bilang, jangan dikasih brambang! "

"Eh, maaf. Reflek, Mas! " Kata Pak Kemal berbesar hati minta maaf.

 Padahal sebenarnya telah terjadi kesalahpahaman.

 Brambang yang dimaksud oleh pembeli di sebelahku ternyata daun bawang prey. Jadi tetap ditambahkan oleh penjualnya. 

Sebab biasanya, brambang itu sebutan untuk bawang merah,uniknya penjualnya mengalah, mengaku salah dan tidak mendebat pembelinya. Aku hanya tersenyum.

Penjual yang berbakat entrepreneur. 

 Hari ini aku bisa menikmati soto Lamongan yang tak biasa. 

Semakin tak biasa ketika mantanku cepat-cepat berdiri dan menjelma kembali jadi laki-laki gentleman,seperti saat masih jadi pacarku. 

Merogoh dompet dan membayar apa yang sudah kami makan, hehehe.. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun