Tepat seperti spirit grit yang digagas Angela Duckworth, yaitu bahwa kesuksesan tidak semata berkat bakat atau kecerdasan--melainkan keuletan walau harus jatuh bangun dalam waktu yang lama.
Para siswa harus diperkenalkan pada kegagalan sebagai bagian tak terpisahkan dalam hidup. Agar mereka tak terbuai dalam indahnya fantasi mimpi yang bisa saja mencekik saat gagal diraih. Agar bisa bangkit setelah terjatuh dengan spirit resiliensi alih-alih mengutuk diri dan mengambil langkah ekstrem di luar kendali.Â
Mereka wajib akrab dengan kalimat kondang Arianna Huffington,Â
"Failure is not the opposite of success, it's part of success."
Bahwa kegagalan adalah titian biasa--bahkan mungkin wajib--menuju kesuksesan. Kegagalan sejati adalah ketika mereka tidak lagi punya semangat untuk belajar dan mengejar ketertinggalan.
Intinya, saya wejangkan kepada para siswa bahwa jurusan apa pun punya potensi rezeki masing-masing. Dengan catatan mereka mengingat dan mengerjakan lima pesan di awal pelajaran.
Percayalah, tenaga kerja Indonesia masih dibutuhkan di dunia. Saya yakinkan pula bahwa setiap manusia membawa berkah rezeki tersendiri asalkan tidak malas dan mau terus bergerak.Â
Buktinya, akun Instagram Kompas pertengahan Agustus ini mengabarkan bahwa sarjana lulusan Indonesia mendapat gaji Rp600 juta per tahun sebagai sopir di Jepang. Dengan pajak dan biaya hidup, uang yang bisa ditabung masih lumayan.
Entah berkarya di Indonesia atau bekerja di luar negeri, saya ingatkan mereka untuk aktif terlibat dalam lingkup sosial. Sebab di sanalah mereka bisa memberi andil dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI