Mohon tunggu...
Ismi Faizah
Ismi Faizah Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis adalah proses menyembuhkan hati sedang membaca adalah proses membuka mata pikiran dan rasa

Read a lot write a lot

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rayuan Kembang Malam (Part 3)

31 Maret 2021   09:48 Diperbarui: 31 Maret 2021   10:08 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sehabis bermain game ia tertidur setelah sahabatnya itu berangkat. Terbangun ditengah malam justru ia mendapati keadaan gelap gulita.

"Lo bisa nyalain lilin, tapi ati-ati kebakaran lo kan kalo tidur suka nendang sana-sini. Gue telat ada urusan. Kunci bener-bener tuh pintu!" Saran Dinda panjang lebar.

"Gue pengennya lo temenin Nda! Pulang napa?" Dengan nada sedikit manja ia merengek pada sang sahabat.

"Hahaha...gue nemenin lo kaga dapet apa-apa! Mending disini dong!"  Sahut Dinda tertawa menyebalkan.

"Iya-iya gue tahu sebenernya lo khawatir kan ama gue, tenang aja kali, Sist! gue bisa jaga diri! Suara gadis yang baru memotong rambutnya pendek itu melembut. Dia tersenyum kikuk. Mengatakan dia bisa menjaga diri adalah suatu kebohongan yang pasti Adera tak akan pernah percaya. Tetapi sahabat baiknya itu juga tak banyak bertanya tentang pekerjaannya pun mencampuri lebih jauh urusan pribadinya.

Bukankah begitu sebuah persahabatan? Sangat dekat bukan berarti tanpa sekat. Ada hal-hal privasi yang perlu dijaga dan tidak semua hal bisa dibagi.

"Nda, ga tau kenapa gue gelisah banget! gue berharap banget lo pulang sekarang! Tinggalin urusan lo. Gue yakin ga sepenuhnya ini dari hati lo." Kalimat terakhir penuh penekanan.

Dinda terpaku di tempat. Iris mata berlensa sewarna bunga lavender itu meluapkan amarah yang berujung tetesan air mata. Dirinya tak lemah namun kerapuhan jelas memenuhi hidupnya sekarang.

Apa yang ia alami hari ini adalah kesalahan beberapa orang dari masa lalunya. Tetapi dia juga punya andil bukan? Mengapa menyalahkan orang lain? Tapi tidak hatinya dipenuhi benci dan jelas mereka yang salah. Jahatnya mengapa hanya ia yang terpuruk. Kemanakah keadilan Tuhan?

To be continued

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun