Mohon tunggu...
Isma Mufida
Isma Mufida Mohon Tunggu... Guru - Semua ditulis hanya berdasarkan kejadian nyata. Jika nantinya takdir tak mengizinkan kita hidup bersama, izinkan aku tetap mencintaimu melalui tulisanku :)

Allah, Orangtua, Keluarga, Sahabat, dan dia ❤

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menetap hingga Seatap

3 Maret 2021   05:24 Diperbarui: 3 Maret 2021   05:29 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Selamat pagi, bapak negara
Satu minggu lebih tanpa jumpa
Membuatku merasakan rindu yang begitu membara
Maafkan aku, aku hanya bisa menyampaikan rinduku lewat tiap bait puisiku
Puisi yang mungkin juga tidak akan terbaca olehmu

Sayang, mengapa kau selalu terlihat begitu menggemaskan?
Kemarin kau bercerita dan berterus terang mengenai kau yang sengaja main jauh dihari kelahiranku
Tanpa memberitahuku

Tau tau, aku melihat snapmu sudah berada di temat yang jauh
Lalu kau mengirimiku sebuah tulisan yang kau bawa kesana
"28 Februari 2021
Long life ismaku (dengan emot cium)
Terimakasih ya

Kau bilang,
"nanti klo aku bilang kamu, pasti dilarang soalnya aku berangkat malem"
Ah Tuhan, menggemaskan sekali makhluk-Mu yang satu ini
Boleh jika kuminta dia untuk menjadi milikku saja?

Subuh ini,
Aku yang baru saja menyelesaikan ritual ku, membuka whatsapp dan hendak mencari namamu di deretan snap
Belum sempat ku ketik ternyata kulihat namamu terpampang jelas disana
Kau membuat sebuah kutipan twitter
Lalu ku balas dengan candaan

Tak lama, kau menelfonku
Ahh sungguh
Aku yang tadinya mengantuk seperti hidup kembali setelah mendengar suaramu
Walaupun hanya 1 menit, rasanya sangat membahagiakan

Kau bilang,
"Sudah sholat?"
Aku mengiyakan, lalu menanyakan hal yang sama padamu
Kau menjawabnya
"Siap bu. Lapor, ini mau sholat. "
Aku mempersilahkan mu sholat, dan meminta untuk tidak mematikan telfon
Kau menjawab kembali
"Gah gah gah, pun tak sholat"
(Tidak mau, aku sholat dulu)
Aku menirukannya
"Gah gah gah"
(Tidak mau)
Lalu kita tertawa bersama dan aku mengakhiri dengan salam

Tuhan, terimakasih
Karena Engkau mengizinkanku untuk mengenal makhluk-Mu yang satu ini
Membuatku terus bersyukur karena bisa selalu merasakan bahagia bersamanya
Semoga Engkau selalu mengizinkannya untuk terus bersamaku, Aamiin

Untukmu, jangan bosan untuk menetap hingga nanti kita hidup seatap :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun