Iponk yang tadinya diam mulai naik pitam. Â Dia tidak terima dikatakan pemarah.
"Kamu tidak tahu apa-apa. Jangan kaitkan grup whatsapp SMP 909 dengan emosiku. Kamu harusnya mikir. Apa yang kamu berikan kepadaku, " katanya sambil mengambil handphone yang tergeletak di atas meja.
Tanpa mengucap salam, Â pria berkacamata minus itu keluar dari rumah. Masuk ke mobil, dan kabur entah kemana. Sedangkan Sanah tak mampu lagi membendung air mata yang keluar dari dua bola mata beningnya.
Dipeluknya tubuh mungil Yana. Diciumnya berulang-ulang.
"Mungkinkah ini akhir rumah tangga ibu, Â nak. Ibu sudah tak kuat," katanya. Yana yang belum mengerti pertanyaan Sanah hanya memandang kosong ke arah perginya Iponk.
Di perjalanan, Â Iponk memutuskan menepikan kendaraannya. Ia membuka laman whatsapp. Dilihatnya ratusan pesan belum terbaca di grup SMP 909. Belum lagi pesan dari teman-teman kerja, teman SMA, teman kuliah, Â teman ngaji. Â Bahkan pesan dari pemilik warung tak jauh dari rumahnya.
Iponk melewati seluruh pesan tersebut. Jempolnya masih terus menurunkan layar hingga ditemukan sebuah pesan dari seorang perempuan yang selama ini dirindukan. Namanya Devie.
Iponk tersenyum. Ia bergegas membuka pesan yang datang dari Devie. Isinya sangat singkat.
Selamat pagi
Kok gak dibales
Emang udah gak rindu ya
Nanti kalau suamiku pergi kita nonton ya
Ketemu di tempat biasa
Iponk sangat bahagia membaca pesan itu. Tanpa menunggu lama, Â jarinya menari-nari di atas handphone.
Maaf baru bangun tidur
Soalnya tadi malam aku sulit tidur teringat wajah kamu terus
Aku sayang kamu donk
Oke kita ketemu di tempat biasa
Pesan yang dikirim hanya contreng satu. Yang artinya pemilik telepon genggam belum membaca pesan tersebut, Â tapi itu tidak meredakan bunga-bunga semu yang tumbuh subur di hati Iponk.