Mohon tunggu...
Iskandar Mutalib
Iskandar Mutalib Mohon Tunggu... Penulis - Pewarta

Pengabdi Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terjerat WhatsApp Grup SMP

6 Desember 2018   11:02 Diperbarui: 6 Desember 2018   11:28 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TELEPON genggam Iponk bergetar berulang kali,  ia tak memiliki keberanian untuk sekadar mengintip pesan yang masuk di whatsapp, apalagi membaca pesan tersebut.

Sepasang mata bening Sanah memandang penuh curiga. Matanya menyorot tajam ke arah Iponk. Sambil sesekali melirik handphone milik suaminya yang diletakkan di atas meja kerja.

Perempuan berjilbab itu memang memendam curiga kepada suaminya. Kecurigaan muncul dipicu perubahan perilaku Iponk sejak membuat grup whatsapp SMP 909 Jakarta Selatan.

Setiap pulang kerja Iponk tidak langsung merebahkan diri di kasur.  Ia malah sibuk  bercakap-cakap di whatsapp grup SMP 909 sampai menjelang subuh atau paling cepat pukul 03.00 WIB.  Dan itu sudah berlangsung tiga bulan lamanya.

Sanah tidak tahu apa yang di bahas suaminya dalam grup itu.  Yang ia ingat Iponk murka kalau di bangunkan solat subuh. Iponk lupa kewajiban menghantar Acha ke sekolah. Lelaki yang dulu memuja cintanya itu lupa mengantarnya ke tempat kerja.

Iponk tak ragu memukul atau menendang barang elektronik jika dibangunkan paksa.  Sudah dua kipas angin jadi korban, satu televisi hancur dan dua telepon genggam pecah.  

Kini Sanah mengajak suaminya berbicara dari hati ke hati. Ia sudah tak tahan lagi dengan perangai buruk Iponk. Namun,  ia masih sangat mencintai lelaki yang telah memberinya dua buah hati, Acha dan Yana itu.

Itulah alasan kenapa Iponk urung mengangkat telepon genggam yang telah bergetar berulang-ulang kali itu.  Ia berusaha menyimak seluruh perkataan Sanah dengan baik.

"Mas, aku lelah kalau hanya menjadi sasaran amarahmu yang gak jelas juntrungannya.Apakah aku salah membangunkan kamu sholat subuh, " katanya.

Apakah Sanah salah meminta Mas Iponk mengantar Acha sekolah. Apakah aku salah meminta suamiku mengantarku ke tempat kerja. Ingat mas,  kata Sanah,  seluruh pekerjaan di rumah sudah aku kerjakan.

"Kamu hanya mengerjakan hal sepele. Tidak membutuhkan waktu lama. Mengantar Acha ke sekolah tidak menghabiskan waktu tiga jam. Kamu bisa ngobrol di whatsapp grup berjam-jam,  giliran kami minta perhatian kamu cuma 30 menit, bahkan kurang, kamu malah marah-marah," ujarnya.

Iponk yang tadinya diam mulai naik pitam.  Dia tidak terima dikatakan pemarah.

"Kamu tidak tahu apa-apa. Jangan kaitkan grup whatsapp SMP 909 dengan emosiku. Kamu harusnya mikir. Apa yang kamu berikan kepadaku, " katanya sambil mengambil handphone yang tergeletak di atas meja.

Tanpa mengucap salam,  pria berkacamata minus itu keluar dari rumah. Masuk ke mobil, dan kabur entah kemana. Sedangkan Sanah tak mampu lagi membendung air mata yang keluar dari dua bola mata beningnya.

Dipeluknya tubuh mungil Yana. Diciumnya berulang-ulang.

"Mungkinkah ini akhir rumah tangga ibu,  nak. Ibu sudah tak kuat," katanya. Yana yang belum mengerti pertanyaan Sanah hanya memandang kosong ke arah perginya Iponk.

Di perjalanan,  Iponk memutuskan menepikan kendaraannya. Ia membuka laman whatsapp. Dilihatnya ratusan pesan belum terbaca di grup SMP 909. Belum lagi pesan dari teman-teman kerja, teman SMA, teman kuliah,  teman ngaji.  Bahkan pesan dari pemilik warung tak jauh dari rumahnya.

Iponk melewati seluruh pesan tersebut. Jempolnya masih terus menurunkan layar hingga ditemukan sebuah pesan dari seorang perempuan yang selama ini dirindukan. Namanya Devie.

Iponk tersenyum. Ia bergegas membuka pesan yang datang dari Devie. Isinya sangat singkat.

Selamat pagi
Kok gak dibales
Emang udah gak rindu ya
Nanti kalau suamiku pergi kita nonton ya
Ketemu di tempat biasa

Iponk sangat bahagia membaca pesan itu. Tanpa menunggu lama,  jarinya menari-nari di atas handphone.

Maaf baru bangun tidur
Soalnya tadi malam aku sulit tidur teringat wajah kamu terus
Aku sayang kamu donk
Oke kita ketemu di tempat biasa

Pesan yang dikirim hanya contreng satu. Yang artinya pemilik telepon genggam belum membaca pesan tersebut,  tapi itu tidak meredakan bunga-bunga semu yang tumbuh subur di hati Iponk.

Otaknya mengkerut tersumbat nafsu purba, wajahnya bersemi merah layaknya ABG yang baru jatuh cinta. Semua serba indah. Dikepalanya hanya ada satu nama Devie.

Setelah membaca dan membalas seluruh pesan whatsapp, ia kembali melarikan mobil kesayangannya ke arah Jakarta Pusat, menuju kantor.  

"Devie... Devie... Oh Devie, " kata Iponk dalam gumam.

Sesampainya di kantor, Iponk tak langsung masuk ruangan tempatnya melakukan aktivitas kerja. Dia berbincang-bincang sebentar dengan security dan office boy.  Penuh canda tawa. Lupa dengan Sanah yang tengah menangis,  Acha belum dijemput dari sekolah dan Yana yang selalu menanyakan kemana ayah pergi.

Iponk kembali menjadi perjaka. Cinta membutakan segalanya.  Ia memilih masuk cafe ketimbang masjid,  memilih lagu cinta ketimbang suara adzan,  memilih bercengkrama dengan teman SMP 909 ketimbang datang ke majelis ilmu, memilih mengantarkan teman perempuan ketimbang mengantar istri kerja.  

Sampai satu waktu sahabatnya sendiri Elay Setiawan ditentangnya berkelahi lantaran dianggap merusak kesenangannya dengan Devie.  

"Lay loe jangan ikut campur urusan cinta,  Devie itu cinta pertama gua sewaktu SMP dulu.  Gua mau nginep di hotel, losmen,  kost-kostan, loe gak usah ikut campur, " katanya meradang saat Elay bertanya apakah dia tidak rindu sama Sanah,  Acha dan Yana.

Lay,  kata Iponk, gua buat grup whatsapp SMP 909 salah satu alasannya adalah melacak Devie. Sekarang semua sudah berjalan sesuai skenario.

"Dia tuh udah bilang ke gua kalau dia memiliki perasaan yang sama sewaktu SMP.  Cuma dia gak berani ngomong karena gue brutal dulu.  Dan, dia sudah dilamar keluarga suaminya yang sekarang ini, " katanya.

Lay,  Iponk  berujar,  loe gak kenal Devie. Wajahnya tuh mirip artis Indonesia.  Gua yakin loe naksir kalau lihat Devie. Lagian,  rumah tangga Devie sudah gak harmonis,  suaminya lebih banyak menghabiskan waktu di empang,  mancing ikan.  

"Angkot yang jadi modal utama nyari nafkah malah dijual. Duitnya digunakan untuk main perempuan dan mancing, " tuturnya berapi-api.  

Elay yang jengah mendengar cerita Iponk langsung nyeletuk. "Terus Devie tega mengambil gaji suami orang lain, apa bedanya sama suaminya itu, " katanya ketus.

Iponk bersungut-sungut mendengar pernyataan Elay.  Ia marah,  "Siapa bilang Devie ngambil gaji gue. Lo jangan ngarang.  Gua hanya ngasih duit dari hasil keringat yang lain,  kalau urusan gaji tetap milik Sanah. "

"Oh, lo masih inget sama istri dan anak-anak, " sergap Elay tak kalah kerasnya.

Keduanya terdiam.  Mereka sadar emosi tengah menggelayuti mereka.  Iponk akhirnya berkata. "Mungkin ini jalan yang harus gua tempuh untuk mencapai cinta sejati di SMP.  Gua yakin Sanah mau nerima Devie dan keempat anaknya jadi keluarga, " katanya pelan.

Mendengar pernyataan Iponk,  Elay tertawa keras. "Jadi lo berharap Sanah mau dimadu. Gwa kira Devie belum punya anak,  tau-taunya emak-emak dengan empat anak, " katanya terbata-bata.

Iponk kembali emosi. Dia membentak Elay. "Sial loh. Emang kenapa kalau Devie punya empat anak, emang kenapa kalau anak pertama Devie udah kuliah,  ada masalah sama loe, " ucapnya.

Elay yang belum selesai tertawa justru semakin kencang tawanya waktu mendengar anak Devie sudah ada yang kuliah.

"Eh bajindul,  loe mau nyekolahin anak Devie kuliah. Anak lo aja masih kecil-kecil, " katanya.  

Elay meminta Iponk memikirkan kembali rencana menikahi Devie.  Kembali menjalankan biduk rumah tangga bersama Sanah.  

"Gak ada perempuan yang mau di madu.  Yang ada elo akan ditinggalkan Sanah.  Kalau gak percaya iris kuping kerbau, " katanya ngeloyor meninggalkan Iponk.

Iponk terdiam. Batinnya berkecamuk. Sanah telah memberikan segalanya untukku. Sementara Devie baru memberikan kebutuhan hewaninya saat ini. Ia tidak mengenal Devie lebih intim. Sekalipun Devie berkata tidak akan menuntut lebih banyak jika dijadikan istri kedua.

"Aku siap bercerai mas,  kamu tinggal bilang saja kapan kita nikah. Aku gak akan menuntut banyak, aku sadar sebagai istri muda, " katanya waktu itu.

*********

Tiga bulan Iponk menghabiskan hari di kamar kost. Devie datang setiap malam memenuhi dahaga cinta lelaki itu.

Tiga bulan lamanya juga Iponk tak kembali ke rumah yang dibangunnya bersama Sanah.  Ia hanya mentransfer gaji ke nomor rekening Sanah.

Sampai akhirnya, Iponk dihadapi masalah besar.  Suami Devie tidak terima istrinya minta cerai.  Apalagi ia mengetahui kalau Devie telah melakukan hubungan intim dengan orang lain.

Devie pun harus menghadapi sidang keluarga besar.  Sampai akhirnya mereka sepakat untuk memaafkan Devie asalkan ia memutuskan hubungan dengan selingkuhannya.  

Atas nama keluarga besar,  Devie akhirnya mengirim pesan via whatsapp kepada Iponk.

Mas hubungan kita sampai di sini saja

Keluarga besarku sudah tahu hubungan kita

Mereka mau aku memutuskan hubungan ini.

Iponk kaget.  Ia berusaha menelepon Devie,  namun nomor yang dihubungi tak lagi menjawab. Ia gusar,  kesal,  marah, sedih.

Belum selesai Iponk meratapi nasib,  ia kembali dikejutkan dengan pesan yang dikirim Sanah melalui whatsapp.

Asalammualaikum

Mas,  maaf mengganggu. Semoga mas dalam keadaan sehat dan bahagia

Saya sudah mendaftarkan gugatan cerai kita di Pengadilan Tangerang. Semoga kabar ini bisa membahagiakan Mas Iponk. Soal anak-anak nanti kita bicarakan lagi ya mas.

Wasalam, Sanah

Iponk yang membaca pesan dari Hasnah  lagi-lagi terdiam. Ia menangis, kepalanya sakit luar biasa,  dadanya sesak. Ia sulit bernapas.  Sampai akhirnya  ajal menjemput. Tabik

Depok,  5 Desember 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun