Artinya, jika stabilitas tercipta karena para karyawan punya loyalitas yang tinggi, ini suatu modal yang bagus.Â
Tapi, pihak manajemen jangan sampai salah tafsir. Loyalitas yang hadir secara terpaksa karena karyawan merasa kariernya sudah mentok (terjadi stagnasi), ini bisa berbahaya.Â
Soalnya, mereka yang mengalami stagnasi cenderung untuk bekerja sebagai medioker saja, tidak termotivasi untuk berkontribusi melebihi target yang dituntut atasannya.Â
Maka, pihak manajemen harus berupaya untuk mengembangkan kompetensi para pekerja, agar kariernya tidak mentok, sekaligus menciptakan loyalitas yang tulus.Â
Dari sisi karyawan, mereka cenderung melakukan job hugging biasanya terkait dengan kebutuhan rasa aman dan persepsi mereka tentang risiko.Â
Banyak pekerja yang mengkhawatirkan kehilangan stabilitas finansial yang mereka dapat selama ini.Â
Banyak pula pekerja yang secara psikologis memang punya kelemahan, yakni kurang percaya diri menghadapi tantangan baru.Â
Apalagi, jika mengingat kondisi budaya kerja secara umum di Indonesia yang cenderung bersifat kolektif, hierarkis, dan paternalistik.Â
Dengan kondisi seperti itu, loyalitas kepada atasan maupun kepada organisasi masih sangat dihargai. Akibatnya, meski karir jadi stagnan, karyawan sering memilih tetap bertahan.
Budaya Indonesia cenderung menjaga harmoni dengan atasan dan rekan kerja, serta menghindari konflik, sehingga banyak pekerja lebih memilih stabilitas atau loyalitas.Â
Loyalitas dianggap sebagai bukti dedikasi seorang pekerja, yang diganjar dengan diperolehnya job security berupa gaji tetap, tunjangan, dan dana pensiun. Ini yang jadi faktor utama ketimbang tantangan karier.Â