Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Benarkah Deep Learning Atau Pembelajaran Mendalam Tidak Penting?

15 Agustus 2025   12:02 Diperbarui: 15 Agustus 2025   12:02 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Omjay di acara semnas kesharlindung kemdikbud/dokpri

Deep Learning Atau Pembelajarn Mendalam Tidak Penting. Begitulah seorang kawan guru mengatakannya dalam semnas. Omjay kaget mendengarnya. 

Kita baru saja belajar Dari Deep Learning ke Pembelajaran Mendalam. Inilah Potret "Copy Paste" Pendidikan Indonesia yang Tak Pernah Usai. 

Begitulah kisah Omjay atau Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd di kompasiana tercinta. Omjay Guru Blogger Indonesia, dan sekjen Ikatan Guru Informtika PGRI.

Nilai Ilmiah yang Sering Terabaikan

Dalam dunia ilmiah, ada empat pilar yang menjadi fondasi: keaslian, kejujuran, keterbukaan, dan kesadaran intelektual tingkat tinggi. Keempatnya adalah benteng yang menjaga agar ilmu berkembang secara sehat, jujur, dan bermanfaat. Tanpa itu semua, pendidikan hanya akan menjadi etalase penuh barang tiruan. Terlihat tampak mewah dari luar, tetapi rapuh di dalam.

Sayangnya, dalam sejarah kebijakan pendidikan kita, sering kali keempat pilar itu tergeser oleh keinginan untuk "terlihat modern" atau "ikut tren global". Bukan berarti belajar dari luar negeri itu salah. Justru kita harus banyak belajar. Namun yang menjadi persoalan adalah ketika kita mengadopsi sebuah konsep tanpa memahami akar, makna, dan konteks lahirnya.

Kasus Deep Learning: Dari Tren ke Teguran

Mari kita tengok kasus "deep learning" yang sempat heboh. Awalnya, istilah ini masuk ke Indonesia bak tamu kehormatan. Seminar-seminar guru, pelatihan pendidikan, hingga dokumen kebijakan menggunakan kata ini dengan penuh percaya diri. 

Seakan-akan, dengan memasukkan kata "deep learning" ke dalam modul atau presentasi, maka metode mengajar kita akan otomatis melesat ke kelas dunia. Seolah terlihat modern padahal kuno alias jadul.

Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu. Dunia akademik internasional, khususnya di bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) telah memberikan reaksi keras. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun