Â
Di tubuh partai sebesar PDIP, setiap langkah Megawati selalu punya makna politik yang dalam. Pencopotan Bambang Wuryanto—akrab disapa Bambang Pacul—dari kursi Ketua DPD Jawa Tengah pada 22 Agustus 2025 bukan sekadar pergantian jabatan biasa. Keputusan ini menyimpan sinyal keras tentang disiplin organisasi sekaligus arah strategi besar partai menuju Pemilu 2029. Publik pun bertanya-tanya: apakah langkah ini sekadar pelaksanaan amanat kongres, atau strategi halus Megawati untuk mengunci kekuatan partai jelang kontestasi berikutnya?
DPP PDIP secara resmi menunjuk FX Hadi Rudyatmo sebagai pelaksana tugas Ketua DPD Jateng menggantikan Bambang Pacul. Menurut Bendahara DPD PDIP Jawa Tengah, Agustina Wilujeng Pramestuti, pencopotan ini sesuai amanat Kongres PDIP Bali (Kongres Ke-6) yang melarang kader di struktur DPP merangkap jabatan di DPD. Hal yang sama disampaikan Guntur Romli, yang menekankan bahwa partai ingin Bambang Pacul fokus penuh merancang strategi kemenangan Pemilu Legislatif 2029 di level nasional.
Aturan internal memang jelas. AD/ART PDIP dan Peraturan Partai Nomor 1 Tahun 2025 melarang rangkap jabatan. Penerapannya pun konsisten, tidak hanya di Jawa Tengah, melainkan juga di Sulawesi Utara, Jawa Timur, hingga Bengkulu. Bagi Bambang Pacul, larangan ini justru memungkinkannya berkonsentrasi penuh sebagai Ketua DPP Bidang Pemenangan Pemilu Legislatif, posisi strategis yang menuntut pandangan luas dan kerja intensif di tingkat nasional.
Sementara itu, penunjukan FX Rudy—mantan Wali Kota Solo sekaligus Ketua DPC PDIP Solo—sebagai Plt Ketua DPD Jateng memperlihatkan bagaimana Megawati melalui Sekjen Hasto Kristiyanto mengamankan kesinambungan organisasi di tingkat daerah. Rudy sendiri menyatakan siap berkoordinasi dengan Bambang Pacul maupun jajaran struktural di daerah untuk menjaga stabilitas kepengurusan.
Secara politik, langkah ini menguatkan fokus nasional PDIP. Tanpa beban urusan daerah, Bambang Pacul dapat mendalami strategi legislatif yang lebih komprehensif demi memperkuat kursi PDIP di DPR pada 2029. Di sisi lain, rotasi kepemimpinan di DPD menunjukkan fleksibilitas dan kontrol penuh DPP atas struktur daerah, sembari menunggu proses konferensi daerah untuk penetapan ketua definitif.
Meski demikian, pencopotan ini bukan degradasi bagi Bambang Pacul. Sebaliknya, posisinya di DPP menegaskan kepercayaan partai padanya sebagai arsitek kemenangan nasional. Cara ia melepaskan jabatan DPD dengan terhormat justru memperkuat citra loyalitasnya. Bagi kader lokal seperti FX Rudy, momentum ini membuka ruang tampil lebih menonjol, meski tetap di bawah garis komando pusat yang kian tegas.
Namun, sejumlah tantangan tetap mengintai. Kapasitas FX Rudy dalam memimpin transisi akan diuji, khususnya dalam membangun sinergi dengan jajaran DPD dan mengamankan legitimasi lewat konferda. Persepsi publik juga perlu dikelola dengan baik, sebab pencopotan bisa ditafsirkan sebagai konflik internal bila tidak dijelaskan secara transparan. Selain itu, efektivitas strategi nasional hanya bisa tercapai bila Bambang Pacul benar-benar diberi ruang gerak, dukungan teknis, dan akses strategis, termasuk di basis daerahnya sendiri.
Jika semua berjalan ideal, penataan ini bisa menghasilkan efisiensi tinggi: Bambang Pacul berfokus sebagai otak strategi legislatif pusat, sementara stabilitas daerah dijaga oleh figur berpengalaman seperti FX Rudy. Konsolidasi partai pun kian rapi, dengan garis komando jelas dari pusat hingga daerah. Tetapi risiko tetap ada. Kelemahan di tingkat lokal atau gesekan internal yang tak dikelola dengan baik bisa meruntuhkan strategi besar PDIP menjelang 2029.
Pada akhirnya, pencopotan Bambang Pacul bukanlah perombakan biasa. Ia merupakan refleksi dari penegakan aturan internal sekaligus strategi jangka panjang PDIP. Partai membagi peran dengan cermat: kader lokal memegang kendali di daerah, sementara Bambang Pacul diposisikan sebagai arsitek kemenangan legislatif nasional. Bila transisi berjalan mulus, langkah ini bisa menjadi model efektif konsolidasi partai, asalkan pengawasan terus dijaga dan narasi politik dikelola dengan cerdas di mata publik.
Â